Entri Populer

Sabtu, 05 Juli 2014

Panggung Aksi Penjaga Gawang

146 gol tercipta di fase grup Piala Dunia Brazil kali ini, jumlah yang sangat banyak dan melebihi gelaran Piala Dunia sebelumnya. Dengan jumlah gol sebanyak itu secara logis penampilan penjaga gawang tidak lah maksimal, namun di gelaran pesta bola kali ini justru sisi kiper lah yang menarik perhatian. Bukan kiper kondang seperti Buffon, Casillas, Courtois yang menjadi sorotan, namun kiper-kiper "kelas dua" yang menjadi bintang.
 Penampilan gemilang Guillermo Ochoa yang mengawali parade penjaga gawang kali ini. Menghadapi Brazil di pertandingan ke 2 fase grup, Meksiko diprediksi hanya akan menahan tidak kebobolan banyak gol, namun Ochoa merubah prediksi tersebut dengan menahan gempuran pemain-pemain Brazil, yang paling diingat tentu saja kala Ochoa mampu menahan sundulan Neymar dari jarak yang sangat dekat. Seketika itu juga nama Ochoa langsung menjadi pusat perhatian dengan penampilan impresifnya. Penampilan apik Ochoa tidak berhenti di partai itu, kiper 28 tahun itu kembali menunjukkan penampilan impresifnya di babak 16 besar, dimana Meksiko harus menghadapi raksasa Eropa Belanda. Penampilan Ochoa melambungkan asa Meksiko untuk melanjutkan petualangan mereka ke babak 8 besar, Meksiko yang unggul berkat gol Giovani Dos Santos mampu membuat pemain-pemain tim Oranje kerepotan, bahkan sempat ada selentingan publik jika Robben tidak diving, maka Meksiko lah yang seharusnya maju ke babak 8 besar. Robben yang sebelumnya menjadi bintang harus mendapat cemoohan dari publik, sedang Ochoa berhasil merebut simpati penikmat sepakbola, dan hasil dari kerja kerasnya di Piala Dunia akan segera membawa kariernya ke pentas liga yang lebih tinggi setelah kontraknya bersama Ajaccio tidak lagi diperpanjang, seiring dengan banyaknya minat klub-klub elit pada dirinya.
Kiper Iran Alireza Haghighi juga sempat membuat penonton terpana ketika sukses menahan gempuran Lionel Messi, dkk. Iran yang tidak diunggulkan dan diprediksi akan jadi lumbung gol Argentina bermain bertahan dan sesekali melakukan serangan balik. Namun Iran harus berterima kasih pada Haghighi karena mampu tampil prima di pertandingan tersebut, tidak kurang dari 3 peluang emas Argentina mampu dipatahkan kiper 26 tahun tersebut, selain mematahkan peluang-peluang emas, pemilik tinggi 193cm itu juga sangat sigap memotong umpan-umpan silang Argentina. Namun ketangguhan Haghighi harus takluk oleh seorang Messi, tendangan kaki kiri nya tidak dapat diantisipasi penjaga gawang kelahiran Teheran tersebut. Namun dengan penampilan gemilangnya menahan gempuran Messi, Higuain, dan Aguero yang notabene adalah penyerang-penyerang kelas wahid saat ini, aksi Haghighi itu akan cukup diingat dan akan menjadi kenangan manis dalam karier sepakbolanya.
Keylor Navas, pemain kelahiran 15 Desember 1986 sontak menjadi rebutan klub-klub papan atas Eropa seiring penampilan gemilangnya yang mampu membawa Kosta Rika untuk pertama kalinya menembus babak 8 besar dan menantang Belanda. Berada di grup neraka yang tergabung bersama Inggris, Italia, dan Uruguay, Kosta Rika sejatinya hanya mematok target realistis untuk tidak menjadi bahan tertawaan di Piala Dunia. Kosta Rika diyakini akan bertahan total untuk tidak menjadi sumber emas bagi tim lawan untuk meraup gol sebanyak-banyaknya. Mengawali Piala Dunia melawan Uruguay, Kosta Rika bahkan mengejutkan dunia dengan kemenangan 3-1, dan gol Uruguay sendiri dihasilkan dari titik putih. Melawan Italia pun Kosta Rika mampu menang 1-0 dan membawa mereka lolos ke babak 16 besar sekaligus memulangkan Inggris. Hingga pertandingan ke 2 itu Navas belum terlalu menonjol. Di pertandingan pamungkas fase grup, Inggris mengusung misi bawa pulang 3 poin sebagai pelipur lara, namun Keylor Navas masih mampu menjaga gawangnya tetap perawan hingga akhir pertandingan. Dengan hasil 3 pertandingan dan hanya kemasukan 1 gol dari titik putih membuat penasaran penggila bola dunia, apa yang menjadi resep Kosta Rika dapat bermain begitu teratur, Navas yang bermain untuk Levante lah yang menjadi sosok kunci pembentuk tembok pertahanan yang kokoh. Berbekal pengalaman menghadapi pemain-pemain terbaik di La Liga membuat Navas dengan percaya diri memimpin rekan-rekannya menggalang pertahanan yang solid. Nama Navas mencuat ketika Kosta Rika menghempaskan Yunani di babak 16 besar. Melalui drama adu penalti, Navas mampu mem blok tendangan Theofanis Gekas dengan sangat meyakinkan.
Nama terakhir yang menjadi sorotan adalah Tim Howard. Mungkin kata bijak sepakbola ini berlaku bagi Howard "semakin berumur, penjaga gawang akan semakin matang". Berumur 35 tahun, namun Howard malah tampil gemilang dan memecahkan rekor penjaga gawang Piala Dunia. Penonton pertandingan Belgia vs Amerika Serikat telah menjadi saksi heroiknya kiper Everton ini. Walau kalah 2-1 dari Belgia, mantan penjaga gawang Manchester United ini melakukan aksi penyelamatan terbanyak dan sangat mencengangkan. 16 peluang Belgia mampu dihadangnya. dari jumlah penyelamatan itu, Howard pun dirasa layak ditetapkan sebagai man of the match kendati AS kalah dari Belgia. Pujian mengalir dari berbagai kalangan, baik dari rekan 1 tim, dari tim lawan, pujian juga datang dari pemerintah AS yang sangat mengapresiasi penampilannya. Hal yang sejatinya cukup unik, karena sepak bola bukanlah olahraga populer di Amerika.
Selain rekor Tim Howard, ada satu lagi rekor yang dipecahkan oleh penjaga gawang, namun bukan karena penampilannya yang gemilang. Rekor pemain tertua Piala Dunia selama ini masih dipegang oleh legenda Kamerun Roger Milla sejak Piala Dunia 1994. Pada gelaran tahun ini setelah rekor itu bertahan selama 20 tahun, penjaga gawang Kolombia Faryd Mondragon berhasil mematahkannya. Entah memang karena kebutuhan tim atau memang sudah direncanakan, Jose Pekerman memutuskan membawa serta pemain 43 tahun itu dalam skuat Piala Dunia Kolombia. Saat Kolombia telah unggul 4-1 atas Jepang, Pekerman mengganti David Ospina dan memasukkan Faryd Mondragon yang berusia 43 tahun dan 3 hari di sisa 5 menit pertandingan. Dengan masuk ke lapangan hanya 5 menit, sudah menobatkan Mondragon sebagai pemain tertua di Piala Dunia.
Di turnamen ini akhirnya posisi penjaga gawang mendapat sorotan sama besarnya. Seorang kiper selalu dicaci saat kebobolan atau timnya kalah, tapi jarang ikut mendapat pujian ketika timnya menang. Namun Piala Dunia kali ini cukup merubah paradigma penjaga gawang. Semoga akan muncul kiper-kiper berkualitas tinggi jika posisi kiper pun dihargai begitu tinggi setara dengan posisi yang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar