Entri Populer

Rabu, 28 Mei 2014

Damai Sepakbola Indonesia

Siapa tak kenal The Jak, Viking, Aremania, dan Bonekmania? Sebagai pecinta sepakbola nasional kita tentu tahu bahwa mereka merupakan basis suporter terbesar di kancah sepakbola nasional. The Jak mewakili klub ibukota Persija Jakarta, Viking adalah pendukung setia Persib Bandung, Aremania merupakan suporter fanatik Arema Cronus Malang, dan Bonek adalah militan Persebaya Surabaya.
Kita juga tentu tahu sejarah panjang persaingan keempat klub tersebut sejak pentas Liga perserikatan dan Galatama, yang akhirnya dileburkan menjadi Liga Dunhill Indonesia, Liga Bank Mandiri Indonesia, Liga Djarum Indonesia, hingga Liga Super Indonesia yang dihelat saat ini. Disamping persaingan klub ber tradisi positif tersebut masing-masing memiliki pendukung fanatik yang menjadi kebanggaan klub. Sayang kebanggaan klub itu sedikit ternoda oleh perseteruan masing-masing suporter dimana The Jak merupakan rival dari Viking, dan Aremania berseteru dengan Bonek.
Perseteruan The Jak-Viking dan Aremania-Bonek boleh dibilang terbentuk sejak awal Liga Indonesia dimulai, namun yang membuat hati miris adalah perseteruan tambahan antara Aremania-Viking dan The Jak-Bonek, yang terbentuk hanya karena "Koalisi" dimana Aremania berikrar saudara dengan The Jak, dan Viking berucap setia dengan Bonek. Jika kita tarik ke belakang beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2009, Sutradara Andibachtiar Yusuf mengangkat perseteruan The Jak-Viking ke layar lebar. Walaupun lebih ke tema percintaan, namun masih kental ber aroma perseteruan suporter sepakbola. Di dalam film tersebut Aremania didaulat sebagai mediator perselisihan The Jak-Viking. Dari film tersebut secara tidak langsung terlihat bahwa Aremania tidak memiliki sejarah negatif terhadap Viking.
Beberapa tahun lalu pun sebenarnya Aremania dapat dengan aman berkunjung ke Siliwangi, dan Viking pun mendapat sambutan hangat ketika bertandang ke Kanjuruhan.
Kini suasana hangat itu pudar karena mereka masing-masing mengkotakkan diri mereka dengan "Koalisi" mereka sendiri.

 Belum pudar dari ingatan kita bagaimana bus pemain Persib sampai dihancurkan oleh oknum The Jak, sampai pada pemain kah persaingan negatif antar suporter harus berlabuh?
PSSI pun beserta Menpora berusaha memediasi perdamaian antara The Jak-Viking yang akhir nya tercipta kesepakatan damai, namun sepakat hanya menjadi ucap ketika The Jak dilarang "bersilaturahmi" ke Bandung beberapa waktu lalu, bahkan mereka sempat bentrok dengan pihak kepolisian, dengan dalih mereka membawa misi damai ke Bandung, murni untuk mendukung Persija bukan merusuh.
Begitu pula dengan tim Arema yang mendapat sambutan kurang baik ketika melawat ke Kota Bandung di akhir putaran pertama lalu, walau kalah, tim Singo Edan itu masih harus membawa kenang-kenangan pahit dari Bandung ketika lemparan-lemparan penonton setia menemani mereka.
Sebaliknya, kubu Aremania malah mendapat pujian dari Tim Maung Bandung saat mereka bertandang ke Kanjuruhan. Walau stadion dipenuhi Aremania, dan skor berakhir imbang 2-2, mereka tidak mendapat perlakuan negatif dari suporter tuan rumah, dan apresiasi tinggi itulah yang harusnya mencoreng wajah kelompok suporter yang bertindak anarkis saat tim nya kalah atau ditahan imbang lawan di kandang sendiri. Bahkan pemain sekelas Firman Utina pun mengaku bahwa dia tidak pernah bisa melupakan slogan "Salam Satu Jiwa" dari Aremania. Siapakah suporter yang bisa dicontoh? Masing-masing orang mempunyai persepsinya sendiri-sendiri, tapi alangkah indahnya jika kelak kita bisa melihat Aremania-Bonek atau The Jak-Viking berada dalam satu stadion untuk mendukung klub mereka masing-masing layaknya suporter Barcelona-Real Madrid, Bayern Munchen-Borussia Dortmund, Inter Milan-AC Milan mendukung klub tanpa ada kekerasan fisik antar suporter. Damailah Indonesiaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar