Entri Populer

Kamis, 26 Juni 2014

D10S 1986, L10 2014


Piala Dunia Meksiko 1986 menjadi Piala Dunia bersejarah bagi warga Argentina, dipimpin sang maestro Diego Armando Maradona, Argentina membawa pulang trophy kehormatan dari Meksiko. Skill diatas rata-rata membuat Maradona bermain layaknya raja di lapangan, bahkan para suporter menyebutnya dengan julukan D10S (Tuhan). Kepemimpinan Maradona yang begitu dominan mampu membawa Argentina berjaya. Kala itu Argentina juga diisi skuat yang mentereng seperti Daniel Passarella, Jorge Valdano, Oscar Ruggery, Nery Pumpido serta sang kapten Diego Maradona. Di fase grup penampilan Maradona terkesan biasa-biasa saja, hanya mencetak 1 gol dari total 6 gol yang dicetak Argentina di fase grup. Lolos sebagai juara grup dengan total 7 poin dari 2 kemenangan serta 1 hasil seri dengan Italia, Argentina harus saling "bunuh" dengan sesama negara Amerika Selatan lainnya yaitu Uruguay. Berhasil menundukkan Uruguay dengan satu gol dari Pedro Pasculli, Argentina bertemu dengan Inggris di babak Perempat Final. Di partai ini Maradona menunjukkan taji nya. Maradona mencetak 2 gol spektakuler yang tidak pernah dilupakan dunia. Satu gol "Tangan Tuhan" mengelabuhi Peter Shilton dan mencetak salah satu gol terbaik sepanjang masa dengan solo run nya dari tengah lapangan dan melewati 5 orang pemain Inggris. Kemenangan 2-1 atas Inggris membawa Albiceleste menantang Belgia di babak Semifinal. Lagi-lagi Maradona mencetak 2 gol yang membawa Argentina menantang Jerman di partai puncak. Jerman yang kala itu juga diperkuat pemain-pemain terbaik seperti Lothar Matthaus, Rummenigge, dan Rudi Voller pun tak mampu membendung Maradona, dkk memenangi turnamen 4 tahunan tersebut.
Gol fantastis Maradona membuatnya dipuja seantero negri Tango, bahkan Maradona menjadi sebuah agama bagi para fans nya. Namun kejayaan Argentina bersama sang Maestro harus menurun sebab tingkah bengal Diego. Pada puncaknya Piala Dunia 1994 Maradona harus dipulangkan oleh FIFA karena penggunaan doping dan kokain. Prestasi Argentina pun terus merosot.
Setelah era Maradona berakhir, Argentina terus memunculkan bakat-bakat baru yang diakui dunia, seperti Gabriel Batistuta, Ariel Ortega, Juan Sebastian Veron, Diego Simeone pun tidak mampu meningkatkan antusias para fans untuk kembali berjaya. Mereka belum menemukan sosok pengganti sang D10S.
Pada tahun 2005, dunia dibuat terkesima oleh aksi pemain berumur 17 tahun yang bermain untuk Barcelona. Lionel Andres Messi, belum banyak yang mengenal, namun aksi pemain kelahiran Argentina yang bergabung dengan Barcelona sejak berusia 12 tahun itu mampu menyita perhatian dunia. Lionel Messi mampu membangkitkan gairah publik Argentina dengan membawa Tim Tango menjadi juara dunia di level U-20 bersama Kun Aguero, serta meraih medali emas olimpiade 2008.
Pada Piala Dunia 2006 sebenarnya mampu menjadi debut Messi, sayang La Pulga yang saat itu masih berusia 18 tahun belum menjadi pilihan utama Jose Pekerman. Masyarakat Argentina benar-benar menaruh harapan besar pada seorang Messi ketika Messi memperlihatkan kualitas yang semakin menanjak bersama Barcelona, apalagi Messi mampu mencetak hattrick pada laga ketat sekelas El Clasico, walaupun Blaugrana hanya bermain dengan 10 orang. 
Bertubuh kecil, lincah, dan produktif membuat publik membandingkan Messi muda dengan sang legenda Diego Maradona. Skill Messi yang diatas rata-rata membuat publik yakin bahwa Messi adalah titisan Maradona di era sepakbola saat ini. Hal tersebut diperkuat saat Messi mampu menduplikat gol solo run Maradona ke gawang Inggris kala Barcelona melawan Getafe pada bulan April 2007. Tidak hanya sampai disitu, Messi juga kembali mengingatkan publik atau bahkan meyakinkan publik bahwa ia adalah Maradona baru Argentina ketika lagi-lagi Messi menduplikat gol sang maestro, ketika melawan Espanyol di ajang final Copa Del Rey 2007, gol Tangan Tuhan Maradona yang sempat menjadi kontroversi berhasil diulang kembali oleh sang "MESSIah". 
Pada Piala Dunia 2010 yang dihelat di Afrika Selatan, Masyarakat Argentina menaruh harapan besar pada seorang Lionel Messi yang tampil superior bersama Barcelona. Dengan dilatih Maradona, rakyat Argentina semakin yakin jika Messi akan bersinar di Afrika. Namun harapan besar tersebut pupus karena Messi tampil tidak sesuai harapan, bahkan La Pulga sama sekali tidak dapat mencetak gol di Afrika. 
Karena penampilan Messi yang cenderung buruk di timnas, masyarakat Argentina pun sedikit tidak respek pada Messi. Banyak yang berkata bahwa penampilan Messi untuk timnas tidak 100% seperti di Barcelona. Statistik Messi di timnas memang tidak semoncer seperti saat bermain untuk Barcelona, tapi tidak seharusnya rakyat Argentina menyebut Messi tidak nasionalis hanya karena Messi tidak menyanyikan lagu kebangsaan Argentina. Publik mungkin sedikit lupa bahwa sejatinya, Messi dapat memilih kewarganegaraan antara Argentina atau Spanyol, karena Messi telah bergabung bersama Barcelona sejak berumur 12 tahun, namun Messi dengan tegas menolak tawaran federasi sepakbola Spanyol untuk bermain bagi timnas Spanyol. Messi pun dengan bangga mengenakan seragam kebesaran Albiceleste.
Sesaat sebelum Piala Dunia 2014 bergulir, rakyat Argentina tidak menaruh harapan besar pada Messi, mereka hanya ingin pembuktian dari Messi jika ia memang tampil 100% untuk negaranya. Minimnya harapan pada bintang Barcelona itu cukup beralasan mengingat Messi bermain tidak maksimal untuk Barcelona di musim 2013/14.
Pada Piala Dunia 2014, Argentina tergabung dalam Grup F, yang bisa dibilang grup yang cukup mudah, karena "hanya" diisi oleh Nigeria, Bosnia-Herzegovina, dan Iran. Skuat asuhan Alejandro Sabella ini dipimpin oleh Lionel Messi sebagai kapten tim dan mengenakan nomer 10. Cukup identik dengan kala Argentina menjuarai Piala Dunia 1986. Skuat saat ini pun bisa dibilang sangat mewah, karena pemain-pemain kelas wahid seperti Sergio "Kun" Aguero (Manc.City), Gonzalo Higuain (Napoli), Angel Di Maria (Real Madrid), dan Javier Mascherano (Barcelona) menjadi rekan sang Kapten di Piala Dunia 2014 ini. Beberapa hal unik pun tersaji untuk membandingkan 2 generasi Argentina ini. Masing-masing dipimpin oleh pemain bernomor 10 yang cukup identik dalam gaya permainan, pemain bernomor 10, baik Maradona maupun Messi bermain sebagai pemain yang disegani rekan-rekannya, skuat Argentina diisi nama-nama kelas atas di jamannya, serta Argentina 86 mencetak 6 gol di fase grup, dan Argentina saat ini juga mencetak total 6 gol di fase grup. Messi yang bermain buruk pada Piala Dunia Afrika seakan ingin menegaskan bahwa dia adalah seorang Argentina dengan permainan cemerlangnya. Messi mencetak 4 gol dari 3 pertandingan dan meraih gelar man of the match 3x dalam 3 pertandingan. Mungkin inilah saatnya bagi L10 untuk menyandingkan diri bersama D10S. Vamos Argentina!! Vamos King Leo!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar