Entri Populer

Senin, 11 Agustus 2014

Keep The Unity "27 Tahun Arema"

SEJARAH SINGKAT
11 Agustus 1987 adalah tanggal yang sangat istimewa bagi Kota Malang. Pada tanggal tersebut secara resmi menjadi tanggal terbentuknya PS Arema yang mewakili Kota Malang di era Galatama. Galatama sendiri adalah liga yang dapat dibilang independen, karena klub-klub pesertanya adalah merupakan klub "swasta" yang tidak didanai pemerintah. Sebelum tahun 1987, Kota Malang sendiri identik dengan Persema Malang, yang selalu menjadi magnet warga Malang untuk memenuhi Stadion Gajayana yang juga adalah stadion tertua di Indonesia. Ide membentuk Arema dimunculkan oleh Acub Zainal, untuk menyelamatkan Arema 86 yang kesulitan dana untuk mengarungi kompetisi Galatama. Awalnya Arema tidak langsung mendapat support masyarakat Malang, karena saat itu Persema menjadi daya tarik warga Malang, serta tidak stabilnya permainan Arema. Awal perjalanan Arema tidaklah mulus, karena hampir selalu terkendala masalah dana dan tidak adanya Mess, namun dengan kondisi tersebut tidak menjadi alasan bagi Arema untuk tidak berprestasi. Perlahan tapi pasti, Arema mampu mencuri hati publik sepakbola Malang. Walau kekurangan dana, namun tetap bertahan dan berjuang seakan menjadi kunci Arema untuk dicintai warga Malang. Puncaknya pada musim kompetisi 1992/93, Arema mampu menjadi juara Liga Galatama.

PERJALANAN
Klub berlogo kepala singa dan berjuluk "Singo Edan" ini sejak berdirinya hingga tahun 2002, kekurangan dana adalah hal yang sangat biasa. Bahkan demi bisa menggaji pemain, seluruh pemain harus menerapkan pola, apapun yang terjadi, jika bermain kandang harus menang, tak lain karena hanya kemenangan yang mampu menarik penonton ke stadion, dan hasil tiket penonton itulah yang menjadi gaji mereka. Permainan cepat dan keras menjadi ciri Arema, hanya demi dapat selalu menang di kandang. Tahun 2003 bahkan Arema sempat "dikhianati" oleh pemain dan bahkan sang manajer Iwan Budianto yang berpindah ke Persik Kediri yang kala itu menjadi kekuatan baru yang mampu meraih juara pada musim pertama di kasta tertinggi, sedang Arema akhirnya harus terdegradasi.
Namun Arema tetaplah Arema. Arema milik Aremania, dan warga Malang. Degradasi bukan menjadi akhir hidup Arema, namun dari sanalah Arema mendapatkan sistem untuk mendidik pemain muda asli Malang, mendapat sponsor untuk mengarungi liga, serta menjadi tantangan bagi Aremania untuk terus mendukung Singo Edan di kondisi terburuk. Buruknya kondisi keuangan Arema hingga terlempar dari kasta teratas liga mendatangkan pabrik rokok Bentoel yang berdomisili di Kabupaten Malang untuk turut berkontribusi membangun kembali Arema. Bentoel tidak hanya menyiapkan fasilitas untuk tim, tapi juga memberikan fasilitas untuk membina pemain muda dengan membentuk akademi Arema yang dapat diikuti oleh pemuda-pemuda Kota/Kabupaten Malang untuk bisa berkesempatan menjadi pemain Arema dengan cara dibina oleh tim dari usia muda. Pendidikan berjenjang dengan kategori umur ini akhirnya juga diadaptasi oleh beberapa klub di Indonesia. Sejak dikelola oleh PT. Bentoel, Arema sedikit dapat bernafas karena tidak lagi kekurangan dana kompetisi. Arema menjadi 1 dari sedikit klub yang mampu bertahan tanpa dukungan APBD. Kendati berkompetisi di kasta ke 2, Arema yang memiliki dana segar dan jaminan tidak ada keterlambatan gaji, masih mampu mendatangkan pemain-pemain yang memiliki label bintang, seperti Marthen Tao dan Erol F.X. Iba, serta mendatangkan pelatih sekelas Benny Dollo untuk mengembalikan Arema ke level tertinggi. Dana besar yang dikeluarkan Arema berbuah manis, 1 musim menjalani kompetisi di level ke 2, dapat dibayar dengan juara dan promosi ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia.
Musim berikutnya, PSSI meluncurkan gelaran Copa Indonesia, dan Singo Edan mampu meraih 2 gelar berurutan pada tahun 2005 dan 2006.
Lepas dari Benny Dollo yang tidak mau memperpanjang kontrak di Arema, prestasi Arema pun ikut turun, bahkan dalam kurun waktu 2006-2009 Arema tidak mampu bersaing untuk mendapat gelar juara. Minim nya gelar juara membuat PT. Bentoel memutuskan untuk melepas Arema pada tahun 2009, dan Arema berada dibawah konsorsium yang dipegang langsung oleh Kabupaten Malang. Wacana merger dengan Persema pun sempat dimunculkan, namun wacana tersebut ditolak mentah-mentah oleh Aremania. Bahkan walau dikelola oleh Kabupaten Malang, Aremania menolak anggaran APBD untuk membiayai Arema. Dengan dana seadanya, manajemen dengan mengejutkan mengontrak pelatih asing pada tahun 2009, namun yang menjadi kritik adalah, publik Malang nyaris tidak mengenal sosok Robert Rena Albert. Nama tidak terlalu populer, namun gaji nya selangit. Ditambah dengan skuat yang terbilang apa adanya, Arema mengarungi kompetisi 2009/10. Sempat diisi dengan keraguan, namun Robert membawa perubahan sistem pelatihan dan permainan di tubuh Arema, dengan pemain yang relatif muda dan tidak populer, Robert mencatatkan namanya dengan tinta emas dengan membawa Arema juara di akhir musim. Robert nyaris membawa Arema meraih gelar ganda kala mampu membawa Arema ke partai puncak Copa Indonesia. Namun di partai puncak Arema harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC.

2012 kembali Arema mendapat ujian ketika terjadi dualisme liga dan dualisme klub. ISL yang telah berjalan 3 tahun melanjutkan gelaran Liga Djarum, terpecah kala muncul IPL yang dibentuk oleh oknum yang tidak bertanggung jawab karena merasa kepemimpinan bermasalah Ketua PSSI Nurdin Halid. Musim 2010/11 menjadi bibit perpecahan liga, yang akhirnya terdampak pada klub Arema. Arema ISL harus kehilangan bintang-bintangnya yang lebih memilih Arema yang berkompetisi di IPL karena memiliki sokongan dana yang cukup besar. Aremania pun sempat terpecah untuk mendukung Arema IPL yang berlaga di stadion Gajayana. Namun Arema ISL yang diyakini Arema yang asli tidak menyerah, hingga mampu menggandeng PT. Pelita Jaya Cronus menjadi penyandang dana mereka. Sempat terseok-seok di putaran pertama ISL 2011/12, Arema Cronus mampu menarik "pulang" bintang-bintang Arema IPL seperti Kurnia Meiga, dan M. Ridhuan. Selamat dari jurang degradasi, Arema berbenah diri di musim berikutnya, setelah ISL dikembalikan menjadi liga nasional. Kembalinya ISL menjadi liga utama juga mengembalikan taji Arema yang bertengger di posisi 2 klasemen akhir dibawah Persipura.

PRESTASI
Arema merupakan salah satu klub raksasa yang ada di Indonesia. Dengan umur yang baru menginjak 27 tahun, Singo Edan pernah menjuarai liga sebanyak 3x. 1 gelar Liga Galatama (1993), 1 gelar Liga Pertamina Divisi 1 (2004), dan 1x Indonesia Super League (2010), serta 2x menjadi runner up Indonesia Super League (2011, 2013). Sedang di level turnamen, Arema meraih 2 gelar juara Copa Indonesia (2005 & 2006), dan 1x runner up pada tahun 2010.

AREMANIA
Siapa tidak mengenal Aremania? Menjadi salah satu basis suporter terbesar sudah menjadi ciri khas Aremania sejak era 90an. Suporter yang memiliki semboyan "Salam Satu Jiwa" dan slogan "Tidak Kemana-mana Ada Dimana-mana" ini sempat menjadi kelompok yang ditakuti karena tingkah negatif nya, terutama kala Arema kalah. Tindak anarkhis sudah menjadi ciri khas, bahkan Kota Malang hampir selalu sepi kala Arema bertanding. Namun kesadaran dan kedewasaan mulai dihembuskan oleh para petinggi Aremania. Mereka ingin menhapus imej negatif menjadi positif, dengan kreatifitas dan lagu-lagu yang membangun semangat pemain. Aremania pun mulai berkreasi menggubah lagu, mulai sekedar merubah kata-kata, bahkan sampai menciptakan lagu sendiri. Kreasi nyanyian dan tarian dukungan akhirnya juga merambah ke hampir seluruh stadion di Indonesia. Seiring berjalan waktu, Aremania pun sempat memasuki masa kelam ketika mendapat sanksi dari PSSI tidak boleh ber atribut selama 2 tahun karena kerusuhan yang nyaris membumi hanguskan Stadion Brawijaya Kediri. Hukuman itu sendiri diterima dan ditaati oleh Aremania. Selama menjalani sanksi, Aremania sepakat menggunakan atribut hitam-hitam dan bendera merah putih ketika masuk ke stadion.
Rekor demi rekor juga diciptakan oleh Aremania, ketika Arema juara liga pada 2010, pertandingan terakhir yang dilakukan di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta melawan Persija, menjadi daya tarik bagi puluhan ribu Aremania untuk "menyerbu" Ibu Kota. Total sekitar hampir 60.000 Aremania mengunjungi GBK. Bahkan Aremania berbagi rata dengan The Jakmania untuk menyaksikan laga terakhir tersebut. Aremania juga sempat mendapat perhatian khusus dari AFC, karena loyalitasnya yang tinggi untuk Arema. Slogan Tidak kemana-mana, ada dimana-mana sepertinya cocok dengan Aremania, bahkan untuk pertandingan di luar negri pun Aremania hadir langsung di stadion. Mulai pertandingan di Vietnam, Hongkong, bahkan Maladewa pun ada Aremania yang hadir, diwakili oleh Harie Pandiono yang juga "membawa" Arema ke Piala Dunia. Akhir-akhir ini Aremania kembali berkreasi dengan "Giant Flag" dan "Super Giant Flag" yang bertajuk "One Incredible Blue" yang digadang-gadang bakal memecahkan rekor dunia mengalahkan bendera raksasa milik suporter Barcelona. Dari tahun ke tahun, Aremania memang selalu memaknai hari jadi Singo Edan, mulai dari pemasangan bendera di tiap sudut kota, hingga konvoi berkeliling kota Malang. Sejak terjerat kasus dualisme beberapa tahun silam, pihak manajemen pun juga turut "membakar" semangat Aremania dengan jargon-jargon khusus seperti Only God Can Stop Us, Rise to Fight, The Power is Ours dan tahun ini menjadi Keep The Unity.
Selamat Ulang Tahun ke 27 Arema & Aremania
Keep The Unity
Only God Can Stop Us
Salam Satu Jiwa







1 komentar:

  1. How to make money from gaming for free on the internet
    This งานออนไลน์ will not change your money or your career as much as this may mean. But you can make money if you like. The bookmaker and online casino that

    BalasHapus