
PERJALANAN
Klub berlogo kepala singa dan berjuluk "Singo Edan" ini sejak berdirinya hingga tahun 2002, kekurangan dana adalah hal yang sangat biasa. Bahkan demi bisa menggaji pemain, seluruh pemain harus menerapkan pola, apapun yang terjadi, jika bermain kandang harus menang, tak lain karena hanya kemenangan yang mampu menarik penonton ke stadion, dan hasil tiket penonton itulah yang menjadi gaji mereka. Permainan cepat dan keras menjadi ciri Arema, hanya demi dapat selalu menang di kandang. Tahun 2003 bahkan Arema sempat "dikhianati" oleh pemain dan bahkan sang manajer Iwan Budianto yang berpindah ke Persik Kediri yang kala itu menjadi kekuatan baru yang mampu meraih juara pada musim pertama di kasta tertinggi, sedang Arema akhirnya harus terdegradasi.
Namun Arema tetaplah Arema. Arema milik Aremania, dan warga Malang. Degradasi bukan menjadi akhir hidup Arema, namun dari sanalah Arema mendapatkan sistem untuk mendidik pemain muda asli Malang, mendapat sponsor untuk mengarungi liga, serta menjadi tantangan bagi Aremania untuk terus mendukung Singo Edan di kondisi terburuk. Buruknya kondisi keuangan Arema hingga terlempar dari kasta teratas liga mendatangkan pabrik rokok Bentoel yang berdomisili di Kabupaten Malang untuk turut berkontribusi membangun kembali Arema. Bentoel tidak hanya menyiapkan fasilitas untuk tim, tapi juga memberikan fasilitas untuk membina pemain muda dengan membentuk akademi Arema yang dapat diikuti oleh pemuda-pemuda Kota/Kabupaten Malang untuk bisa berkesempatan menjadi pemain Arema dengan cara dibina oleh tim dari usia muda. Pendidikan berjenjang dengan kategori umur ini akhirnya juga diadaptasi oleh beberapa klub di Indonesia. Sejak dikelola oleh PT. Bentoel, Arema sedikit dapat bernafas karena tidak lagi kekurangan dana kompetisi. Arema menjadi 1 dari sedikit klub yang mampu bertahan tanpa dukungan APBD. Kendati berkompetisi di kasta ke 2, Arema yang memiliki dana segar dan jaminan tidak ada keterlambatan gaji, masih mampu mendatangkan pemain-pemain yang memiliki label bintang, seperti Marthen Tao dan Erol F.X. Iba, serta mendatangkan pelatih sekelas Benny Dollo untuk mengembalikan Arema ke level tertinggi. Dana besar yang dikeluarkan Arema berbuah manis, 1 musim menjalani kompetisi di level ke 2, dapat dibayar dengan juara dan promosi ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia.

Lepas dari Benny Dollo yang tidak mau memperpanjang kontrak di Arema, prestasi Arema pun ikut turun, bahkan dalam kurun waktu 2006-2009 Arema tidak mampu bersaing untuk mendapat gelar juara. Minim nya gelar juara membuat PT. Bentoel memutuskan untuk melepas Arema pada tahun 2009, dan Arema berada dibawah konsorsium yang dipegang langsung oleh Kabupaten Malang. Wacana merger dengan Persema pun sempat dimunculkan, namun wacana tersebut ditolak mentah-mentah oleh Aremania. Bahkan walau dikelola oleh Kabupaten Malang, Aremania menolak anggaran APBD untuk membiayai Arema. Dengan dana seadanya, manajemen dengan mengejutkan mengontrak pelatih asing pada tahun 2009, namun yang menjadi kritik adalah, publik Malang nyaris tidak mengenal sosok Robert Rena Albert. Nama tidak terlalu populer, namun gaji nya selangit. Ditambah dengan skuat yang terbilang apa adanya, Arema mengarungi kompetisi 2009/10. Sempat diisi dengan keraguan, namun Robert membawa perubahan sistem pelatihan dan permainan di tubuh Arema, dengan pemain yang relatif muda dan tidak populer, Robert mencatatkan namanya dengan tinta emas dengan membawa Arema juara di akhir musim. Robert nyaris membawa Arema meraih gelar ganda kala mampu membawa Arema ke partai puncak Copa Indonesia. Namun di partai puncak Arema harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC.
2012 kembali Arema mendapat ujian ketika terjadi dualisme liga dan dualisme klub. ISL yang telah berjalan 3 tahun melanjutkan gelaran Liga Djarum, terpecah kala muncul IPL yang dibentuk oleh oknum yang tidak bertanggung jawab karena merasa kepemimpinan bermasalah Ketua PSSI Nurdin Halid. Musim 2010/11 menjadi bibit perpecahan liga, yang akhirnya terdampak pada klub Arema. Arema ISL harus kehilangan bintang-bintangnya yang lebih memilih Arema yang berkompetisi di IPL karena memiliki sokongan dana yang cukup besar. Aremania pun sempat terpecah untuk mendukung Arema IPL yang berlaga di stadion Gajayana. Namun Arema ISL yang diyakini Arema yang asli tidak menyerah, hingga mampu menggandeng PT. Pelita Jaya Cronus menjadi penyandang dana mereka. Sempat terseok-seok di putaran pertama ISL 2011/12, Arema Cronus mampu menarik "pulang" bintang-bintang Arema IPL seperti Kurnia Meiga, dan M. Ridhuan. Selamat dari jurang degradasi, Arema berbenah diri di musim berikutnya, setelah ISL dikembalikan menjadi liga nasional. Kembalinya ISL menjadi liga utama juga mengembalikan taji Arema yang bertengger di posisi 2 klasemen akhir dibawah Persipura.
PRESTASI

AREMANIA



Selamat Ulang Tahun ke 27 Arema & Aremania
Keep The Unity
Only God Can Stop Us
Salam Satu Jiwa
How to make money from gaming for free on the internet
BalasHapusThis งานออนไลน์ will not change your money or your career as much as this may mean. But you can make money if you like. The bookmaker and online casino that