Entri Populer

Jumat, 25 Juli 2014

Rival "Edisi La Liga"


Rivalitas dalam sepakbola adalah merupakan bumbu yang membuat pertandingan semakin dinantikan. Hampir setiap liga memiliki tingkat rivalitas yang tinggi. Pertandingan tersebut biasanya akan berjalan dengan tensi yang tinggi, keras, dan bahkan kadang cenderung kasar. Pertandingan itu sendiri sudah memiliki tensi tinggi, dapat terlihat saat konferensi pers sebelum pertandingan, yang biasanya akan dipenuhi sindiran-sindiran untuk tim lawan, dan semakin panas karena persaingan kedua kelompok suporter.
Liga Spanyol memiliki sebuah pertandingan besar yang menjadi daya tarik seluruh dunia yang biasa disebut El Clasico. Pertandingan ini merupakan rivalitas antar kota yaitu Real Madrid yang mewakili Kota Madrid (Ibukota Spanyol), dan Barcelona yang mewakili Provinsi Catalan. Pertandingan perdana El Clasico dimainkan pada tanggal 13 Mei 1902 yang digelar di Kota Madrid, namun dimenangkan Barcelona dengan skor 3-1. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona semakin panas di era Jendral Franco. Jendral Franco adalah seorang pemimpin diktator di Spanyol yang juga terkenal sebagai Madridista. Apa hubungan antara Jendral Franco dan rivalitas Real Madrid dan Barcelona? Barcelona adalah klub yang berasal dari Catalonia, provinsi yang terkenal akan memberontak untuk mendapat kemerdekaan. Jendral Franco yang berkuasa ingin menghancurkan Catalan secara keseluruhan, mulai tidak diperbolehkan menggunakan bahasa Catalan dan melarang pengibaran bendera Catalan. Bahkan beberapa pihak mengatakan kemenangan 11-1 Real Madrid atas Barcelona di leg ke 2 Copa del Rey tahun 1943 adalah hasil intervensi Franco yang tidak ingin Real Madrid terseingkir, karena pada leg 1 kalah 3-0. 
Dalam sepakbola, transfer pemain adalah hal yang biasa, bahkan kepindahan pemain dari Real Madrid ke Barcelona maupun sebaliknya adalah hal yang tidak aneh. Total ada 21pemain yang meloncat dari Barcelona ke Madrid dengan 17 pemain yang transfer langsung dari Barca ke Madrid, dan 4 pemain melewati klub lain terlebih dahulu, sedang pemain yang menyebrang dari kubu Real Madrid ke Barcelona dengan total 12 pemain, dimana 3 pemain adalah transfer langsung dan 9 pemain lainnya lewat jembatan klub lain terlebih dahulu. Menurut penulis, ada 2 nama yang sangat menyita perhatian dalam transfer pemain antar klub rival ini, yaitu adalah Michael Laudrup (1994) dan Luis Figo (2000). Michael Laudrup membuat fenomena unik yaitu membawa Barcelona mengalahkan Real Madrid dengan skor 5-0 pada tahun 1994, dan setahun kemudian Laudrup membawa Real Madrid mengalahkan Barcelona dengan skor yang sama. Sedang Luis Figo meninggalkan luka yang begitu dalam di hati para Cules (sebutan suporter Barcelona). Hal yang paling membekas adalah ketika Figo hendak mengambil tendangan sudut di Camp Nou, Figo mendapat lemparan kepala babi dan sebutan Judas yang melambangkan seorang pengkhianat. 
Selain pertandingan El Clasico, juga ada derby Catalan yang mempertemukan Barcelona dan Espanyol, memang tidak ada tradisi panjang antar kedua klub, karena perbedaan kekuatan yang cukup timpang. Barcelona memiliki kelas dunia, sedang Espanyol masih berusaha menembus Eropa. Partai ini juga tidak memperebutkan apapun, karena jelas Barcelona lebih unggul diatas kertas, tapi bagi Espanyol jika mereka mampu mengalahkan Barcelona, maka mereka bisa menjadi raja sehari di daerah Catalan. Namun setiap partai derbi Catalan ini tetap menjanjikan suatu tontonan yang menarik di setiap laga nya. 
Derbi yang juga menampilkan tensi tinggi adalah derbi ibukota atau derbi Madrid. Siapapun pasti sudah mengenal Real Madrid, namun partai ini dipanaskan oleh sang tetangga, Atletico, yang musim lalu mencuri perhatian dengan mematahkan tradisi juara duo raksasa La Liga. Skuat Atletico memang tidak mentereng seperti Real, namunh Atletico menemukan bentuk permainan tim yang dibawa oleh Simeone, hingga mereka mampu finis teratas di klasemen liga musim lalu. Derbi Madrid bisa dibilang laga prestisius dibawah El Clasico di La Liga.


Selasa, 15 Juli 2014

Penjaga "Superman" Gawang

Penjaga gawang atau biasa disebut kiper bisa dibilang bukan merupakan posisi favorit bagi pemain sepak bola. Jarang sekali menemukan seorang pemain langsung memilih posisi kiper dari awal mengenal sepak bola. Rata-rata pemain mengawali pilihan dengan menjadi seorang penyerang ataupun pemain sayap. Bahkan kiper sekelas Gianluigi Buffon dan Petr Cech pun pada masa kecilnya tidak langsung memilih posisi kiper sebagai pos bermainnya.
Dalam sebuah pertandingan sepakbola, posisi kiper seringkali sedikit terlupakan, apalagi jika kiper itu bermain untuk klub dengan karakter menyerang yang sering ditunjukkan oleh klub-klub besar. Jika dalam pertandingan, sebuah klub tidak kebobolan, belum tentu kiper yang mendapat sanjungan, tapi jika klub tersebut kebobolan, apalagi melawan klub yang lebih kecil, 90% sorotan akan ditujukan pada posisi penjaga gawang. Bisa dibilang posisi penjaga gawang adalah posisi kambing hitam yang lebih sering menjadi sasaran kekesalan fans, daripada puja puji heroik layaknya penyerang yang mampu mencetak gol kemenangan.
Tapi sadarkah kita? Bahwa sejatinya posisi kiper adalah posisi yang istimewa. Secara kasat mata, inilah keistimewaan seorang kiper :


  1. Hanya ada 1 kiper dari 11 pemain dalam 1 tim di lapangan
  2. Kiper memiliki daerah teritori yang menjadi daerah kiper tidak boleh diganggu
  3. Kiper boleh menggunakan seluruh bagian tubuhnya untuk menghalau bola jika ada di kotak 16
  4. Kiper satu-satunya pemain yang diijinkan memakai topi dalam pertandingan jika merasa silau

Dalam pertandingan liga, peran penjaga gawang akan terasa sangat biasa, bahkan sangat tidak populer, namun peran kiper akan terasa sangat istimewa dan akan menjadi garapan besar bagi fans dan pemain lain adalah ketika menghadapi turnamen yang menggunakan sistem gugur. Bukan pada waktu 2x45menit maupun 2x15menit. Posisi kiper akan menjadi posisi hidup mati bagi sebuah klub atau negara jika dalam kondisi adu penalti, dimana kecemerlangan penjaga gawang akan menjadi kesuksesan bagi klub atau negaranya. Seberapa vital posisi penjaga gawang saat adu penalti? Jawabannya bisa kita analisa dari pertandingan Belanda vs Kosta Rika di Piala Dunia yang baru saja usai. Pada menit 119 atau 1 menit sebelum memasuki fase adu penalti, Louis van Gaal Melakukan perubahan dengan mengganti Jasper Cillessen dengan Tim Krul, tentu saja bukan alasan fisik yang menjadi pertimbangan van Gaal, namun semata-mata karena Krul dirasa lebih siap menghadapi adu penalti. Dalam sesi latihan yang memang juga mempersiapkan adu penalti, Krul mampu beberapa kali memblok tendangan dan membaca arah bola dengan baik, berbeda dengan Cillessen yang selalu bergerak ke arah yang salah. Perjudian van Gaal pun sukses dengan penampilan prima Tim Krul dengan memblok 2 penendang Kosta Rika. Namun hal itu juga bisa saja menyakiti hati penjaga gawang, karena Cillessen yang telah berjuang selama 119 menit, terasa tidak berjasa ketika semua orang menyoroti kesuksesan Krul dalam adu penalti.
Dalam menjadi seorang kiper, haruslah ada mental yang kuat, reflek yang tepat, pengendalian emosi yang stabil dan memiliki ketenangan. Perbedaan mendasar seorang penjaga gawang dengan posisi lain adalah kematangan. Jika posisi penyerang, seorang pelatih mungkin tidak akan menjadi ragu untuk memberi kesempatan bermain pada pemuda berumur 16 atau 17 tahun, dengan pertimbangan jika 1 pemain tidak bergerak, maka masih ada 9 pemain lapangan yang menutup lubang, namun untuk sektor penjaga gawang, seorang pelatih akan benar-benar meyakinkan diri jika akan menunjuk kiper berumur 16 atau 17 tahun dalam sebuah pertandingan. Kebanyakan kiper baru akan dipercaya mengawal gawang sebagai kiper utama adalah saat berumur 20 atau 21 tahun, walau juga ada beberapa kiper sudah mendapat kesempatan kala berumur dibawah 20 tahun. Masa bakti seorang kiper biasanya juga lebih lama, selama kiper tersebut tidak mengalami cedera parah, menjaga bentuk tubuh ideal, serta menjaga refleknya tetap pada standar tinggi, seorang kiper bahkan masih bisa menjadi pemain aktif hingga berumur 40 tahun dimana kebanyakan posisi lain bermain rata-rata pensiun di usia 36 atau 37 tahun.
Sepanjang sejarah sepakbola, seorang penjaga gawang hampir tidak pernah menjadi peraih penghargaan pemain terbaik dunia. Hanya seorang Lev Yashin (Uni Soviet) yang mampu meraih penghargaan tersebut pada tahun 1963. Tentu saja menjadi ketidak adilan bagi seorang kiper, karena bekerja sama keras, dan kiper tetap merupakan bagian dari tim yang tidak jarang pula menjadi kunci kemenangan tim. Sedangkan untuk level Piala Dunia, gelar pemain terbaik yang meraih Golden Ball yang diberikan sejak tahun 1982, hanya Oliver Kahn yang mamu meraih penghargaan itu di Piala Dunia 2002. Walaupun FIFA sejatinya telah memberi porsi khusus untuk gelar penjaga gawang terbaik dengan trhopy golden glove, tetap saja gelar itu masih dianggap kurang prestisius, karena hanya bersaing dengan posisi sesama penjaga gawang.
Pada Piala Dunia 2014 yang baru saja usai, aksi kiper mendapat sorotan dengan porsi yang lebih, munculnya nama-nama baru menggantikan nama-nama tradisi menjadi hal yang cukup unik, dimana nama-nama seperti Gianluigi Buffon, Iker Casillas, Joe Hart, dan Thibaut Courtois malah tidak menjadi komoditas utama. Hanya nama Manuel Neuer yang mampu cukup berkibar diantara gempuran nama-nama yang belum populer seperti Guillermo Ochoa, Keylor Navas, Tim
Howard, dan Sergio Romero. Ochoa yang kontraknya tidak diperpanjang oleh Ajaccio seperti mendapat durian runtuh ketika klub-klub besar mengirimkan proposal untuk meminang nya, sedang Keylor Navas yang sebelumya bermain untuk Levante, telah memilih untuk bermain di level yang lebih tinggi dan memperkuat Bayern Munich, sedang Tim Howard yang sudah berumur, sepertinya tidak perlu bingung mencari karier lanjutan setelah pensiun, karena sempat muncul kabar Pemerintah Amerika akan bersedia memasukkan Howard di jajaran pemerintahan. Nama terakhir Sergio Romero, sebenarnya telah turut membela Argentina di tahun 2010, namun kemampuannya masih sangat diragukan, bahkan di AS Monaco, Romero hanyalah kiper cadangan. Namun pada Piala Dunia Kali ini Romero mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya ketika melawan Belanda, Romero mampu menahan 2 penalti dari Vlaar dan Sneijder, dan di partai final, Romero mementahkan beberapa peluang emas Jerman, dan sepertinya musim depan bisa menjadi rekonsiliasi karier romero di AS Monaco.
Dengan semakin sentral nya peran kiper, semoga FIFA menambah porsi penilaian agar kiper juga bisa lebih bersaing dengan pemain posisi lain untuk memperebutkan gelar Ballon D'Or. Selama ini penjaga gawang hanya menjadi formalitas untuk masuk di nominasi, namun peluang yang ada untuk mendapat gelar tersebut tidak lebih dari 20% saja. Maka jika FIFA memberikan apresiasi lebih pada penjaga gawang, maka para kiper ini akan semakin meningkatkan skill nya untuk dapat bersaing menjadi pemain terbaik, dan kedepannya kita akan melihat penyelamatan-penyelamatan gemilang yang akan membuat kita terpana layaknya kita melihat gol-gol terbaik. Karena menyelamatkan gawang adalah GOL bagi seorang kiper, jadi rasanya layak jika 1x penyelamatan kiper = 1 gol bagi penyerang.

Senin, 14 Juli 2014

Jerman Sang Juara

Jerman mengawali perjalanan panjang Piala Dunia dengan tergabung di Grup G bersama Portugal, Ghana, dan Amerika Serikat. Pertandingan perdana Jerman mampu melibas Portugal dengan 4 gol tanpa balas. Di pertandingan ke 2 Jerman di prediksi bakal menang mudah melawan wakil Afrika, Ghana. Namun di luar dugaan, Ghana mampu memberi perlawanan bahkan nyaris mempermalukan Jerman dengan skor 2-2. Jerman yang sempat tertinggal 2-1, harus berterima kasih pada Miroslav Klose yang memberi gol penyama bagi Die Mannschaft. Di pertandingan penutup fase grup, Jerman bermain alot melawan Amerika Serikat. Skor 1-0 cukup membawa Jerman melangkah ke fase knock out ditemani Amerika.
Di babak 16 besar, Jerman kembali ditantang wakil Afrika. Kali ini Aljazair yang berusaha menaklukkan anak asuh Joachim Loew. Jerman dipaksa bermain 120 menit dan skor pun hanya 2-1 untuk kemenangan Jerman. Di babak perempat final, Jerman ditantang Tim Ayam Jantan Prancis. Mats Hummels membawa Jerman unggul di menit 13. Meskipun unggul di awal pertandingan, ternyata gol Hummels menjadi satu-satunya gol di laga itu.
Masuk ke semifinal, Jerman menghadapi sang tuan rumah Brazil. Skuat Brazil yang tidak diperkuat Neymar dan Thiago Silva membuat Jerman sedikit diunggulkan. Brazil yang terpukul atas cedera Neymar harus mendapat mimpi buruk dengan dihajar 7-1 oleh Klose,dkk. Pada babak pertama saja Jerman mampu menyarangkan 5 gol dalam waktu kurang dari 30 menit. Pada babak ke 2 Jerman yang sedikit menurunkan tensi permainan mampu menambah 2 gol, serta Oscar menjadi stau-satunya pemain Brazil yang bisa menyarangkan bola ke gawang Neuer.
Di partai puncak, Jerman menghadapi Argentina yang juga memiliki pemain-pemain kelas dunia layaknya Messi, Aguero, Di Maria dan Mascherano. Argentina sendiri awalnya tergabung di grup F bersama Bosnia, Nigeria, dan Iran. Argentina berhasil ,mengalahkan Bosnia dengan skor tipis 2-1 di laga perdana. Di laga berikutnya melawan Iran, Argentina harus bermain alot dan hanya menang dengan skor tipis 1-0. Di laga terakhir melawan Nigeria, Messi memecahkan rekor pribadinya dengan mencetak gol tercepat pada kariernya, 2 gol Messi dan 1 gol dari Marcos Rojo menuntaskan perlawanan Elang Super Afrika dengan skor 3-2. Argentina pun lolos dari fase grup dengan nilai sempurna.
Di babak 16 besar, Argentina ditantang Swiss. Argentina harus menunggu 118 menit sebelum tercipta gol dari kaki Angel Di Maria yang menerima umpan terobosan dari sang kapten. Skor 1-0 cukup mengantarkan tim Tango ke perempat final. Di perempat final lagi-lagi Argentina harus melawan kuda hitam Belgia. Higuain memberikan kejutan di menit 8 setelah memperdaya Thibaut Courtois dan merubah skor menjadi 1-0 untuk Argentina. Kendati berjual beli serangan, namun tidak tercipta gol lagi sepanjang sisa laga tersebut.
Di babak semifinal giliran Belanda yang menjadi lawan anak asuh Alejandro Sabella ini. 120 menit laga berlalu tidak tercipta gol, akhirnya harus ditentukan melalui babak tos-tosan. Belanda yang telah melalui laga dengan adu penalti kala melawan Kosta Rika menghadapi adu penalti dengan cukup pede, hingga sang pelatih seakan "lupa" mengganti kiper. Sergio Romero dapat menggagalkan 2 tendangan Belanda, dan ke empat eksekutor Argentina sukses menyarangkan bola ke gawang Cillesen.
Maracana menjadi saksi pertarungan 2 tim terbaik. Sebelum 2014, Jerman-Argentina sudah pernah bertemu di partai puncak sebanyak 2x, pada tahun 1986, Argentina yang dipimpin Maradona mampu menaklukkan Jerman dengan skor 3-2, dan 4 tahun berikutnya, Jerman berhasil menuntaskan dendam dengan skor tipis 1-0. Argentina sendiri memiliki "dendam" lebih pada Jerman setelah pada 2 edisi Piala Dunia sebelumnya, Argentina "dipulangkan" Jerman pada babak perempat final. Argentina sedikit diuntungkan dengan mitos negeara Eropa belum ada yang mampu juara di Benua Amerika, namun Jerman juga cukup pede karena mereka mengenakan seragam kandang, dan Argentina mengenakan seragam tandang, persis sama dengan seragam final 1990.
Pertarungan sengit menjurus keras diperagakan kedua kesebelasan. Jual beli serangan diperagakan sejak awal pertandingan. Pada babak pertama Higuain sempat membuang peluang ketika Toni Kroos salah mengantisipasi bola yang akhirnya membuka peluang Higuain berhadapan langsung dengan Neuer. Tendangan voli Higuain hanya melenceng di sisi kanan gawang Neuer. Jerman pun bukan tanpa peluang, peluang terbaik Der Panzer tercipta pada menit akhir babak pertama, sundulan kepala Hoewedes hanya membentur tiang gawang. Awal babak ke 2 La Albiceleste langsung menggebrak pertahanan Jerman, namun usaha Messi masih sedikit melebar. Klose sempat menebar ancaman pada pertengahan babak ke , namun sundulan kepalanya masih dapat dijinakkan oleh Sergio Romero.
Permainan keras yang diperagakan kedua tim sempat diwarnai benturan keras antara Neuer dan Higuain, dimana lutut Neuer menghantam telak rahang Higuain, dan lagi-lagi wasit yang dari awal turnamen dianggap tidak tegas, tidak memberikan hukuman apapun bagi Neuer dan malah menganggap Higuain melakukan pelanggaran. Kejadian itu mengingatkan kita pada Harald Schumacher yang juga kiper Jerman di Piala Dunia 1986.
 Di babak tambahan Schurlle melepaskan tembakan keras dari dalam kotak penalti, namun Romero masih cukup sigap untuk mementahkan peluang tersebut. Rodrigo Palacio juga sempat membuat kubu Jerman menahan nafas, ketika sontekan bola lob nya melewati Neuer, namun sayang, bola cukit itu hanya melebar ke sisi gawang. Pada menit 113 akhirnya Mario Goetze yang masuk pada menit 88 menggantikan Miroslav Klose mampu memecah kebuntuan, berawal dari umpan silang Schurlle, Goetze mampu menceploskan bola ke tiang jauh memperdaya Sergio Romero yang tampil cukup apik. Sisa 7 menit Argentina berusaha membombardir pertahanan Jerman. Solo run Messi mengacak-acak pertahanan Jerman nyaris menghasilkan gol jika tidak dihalau Boateng yang berdiri di garis gawang. Messi kembali nyaris menyamakan kedudukan ketika menyambut umpan silang Rojo, sayang sundulan kepala Messi sedikit naik ke atas gawang Neuer. Pun begitu dengan peluang akhirnya ketika Argentina mendapat tendangan bebas, sepakan La Pulga malah melayang jauh dari gawang. Hingga peluit panjang dibunyikan, Jerman tetap unggul 1-0 dan layak menyadang gelar juara dunia. Dan untuk pertama kalinya Eropa berpesta di tanah Amerika.
Pada Piala Dunia kali ini ada sebanyak 171 gol tercipta dari kaki dan kepala 121 pemain, dan James Rodriguez dari Kolombia yang berhak menyandang predikat top skor. Lionel Messi akhirnya didaulat menjadi pemain terbaik dengan total 7 pertandingan, mengemas 4 gol dan 1 assist. Untuk urusan penjaga gawang terbaik akhirnya direbut oleh Manuel Neuer yang juga mengawinkan dengan gelar juara. Neuer bermain 7 pertandingan dan kemasukan 4 gol. Gelar pemain muda terbaik direbut oleh Paul Pogba (Prancis). Pogba mencetak 1 gol dan 1 assist dari total 5 pertandingan dimana Pogba menjadi starter 4x. Kolombia yang terhenti di babak perempat final boleh sedikit berbangga diri, FIFA menganugerahkan Fair Play Award pada Kolombia. Akhirnya lengkaplah sudah pesta tertinggi sepakbola 4 tahunan dengan Jerman menjadi juara sejak 24 tahun yang lalu melawan negara yang sama Argentina.

Daftar lengkap gelar Piala Dunia 2014:

    1. Juara : Jerman


       
    2. Runner Up : Argentina
    3. Peringkat 3 : Belanda
    4. Top Skor : James Rodriguez (Kolombia) - 6 gol
    5. Pemain Terbaik : Lionel Messi (Argentina)
    6. Kiper Terbaik : Manuel Neuer (Jerman)
    7. Pemain Muda Terbaik : Paul Pogba (Prancis)
    8. Fair Play Award : Kolombia

Kamis, 10 Juli 2014

Akhir Pesta Bola Dunia

Piala Dunia Brazil 2014 akan memasuki babak akhir nya. Belanda akan menghadapi tuan rumah Brazil di perebutan juara ke 3, sedang partai puncak akan menghadirkan Jerman kontra Belanda.
Sebelumnya di partai semifinal, Jerman tampil memukau dengan menggunduli tuan rumah Brazil dengan skor mencolok 7-1. Dalam pertandingan tersebut juga memecahkan beberapa rekor Piala Dunia sekaligus. Jerman membukukan rekor kemenangan dengan skor terbesar (7 gol) di fase semifinal, gol tercipta paling banyak dalam 90 menit (8 gol), dan penyerang Jerman keturunan Polandia resmi menjadi top skor Piala Dunia sepanjang masa dengan 16 gol setelah menyumbang 1 gol dalam pertandingan tersebut. Skor yang sangat mencengangkan tersebut bukanlah suatu kebetulan, secara kualitas pemain Jerman memang diisi pemain-pemain top, sedang Brazil kehilangan sang rising star Neymar yang cedera dan tidak diperkuat oleh Thiago Silva yang selama ini menjadi tembok kokoh pertahanan Brazil akibat terkena akumulasi kartu kuning. Ditinggal 2 pemain kunci nya, Brazil seperti kehilangan kreatifitas dalam menyerang, dan tidak solid ketika bertahan, baru 10 menit pertandingan berjalan, Thomas Muller berhasil memaksa Julio Cesar memungut bola dari gawang nya. Brazil yang cukup terkejut berusaha membalas, namun tak dapat menembus pertahanan Jerman. Memasuki menit 23, mimpi buruk Brazil dimulai, dalam kurun waktu 6 menit, Jerman mampu mencetak 4 gol yang masing-masing dicetak Klose, Kroos dan Khedira. Skor 5-0 bertahan hingga turun minum. Memasuki babak ke 2 Brazil mencoba membuat perubahan dengan memainkan Paulinho dan Ramires. Brazil mencoba bermain lebih agresif, namun pemain belakang jerman bermain dengan fokus yang sangat tinggi. Akhirnya pelatih Joachim Loew memasukkan Per Mertesacker dan Andre Schurrle untuk meredam serangan Brazil, dan menambah daya gedor. Strategi itu berhasil dan bahkan Shurrle mampu menambah keunggulan bagi Jerman pada menit 69 dan 79. Kendati tertinggal 7-0 Brazil terus menyerang gawang Neuer, akhirnya usaha anak asuhan Scolari itu mendapat sebuah gol telat pada menit 90 melalui tendangan keras Oscar yang tak mampu ditahan Neuer. Mampu mengkandaskan Brazil, Jerman melenggang mulus ke final.
Di laga puncak Jerman akan ditantang Argentina yang mampu melewati hadangan Meneer-meneer Belanda. Melewati pertandingan yang ketat, keras, dan melelahkan, Messi, dkk akhirnya mampu melaju ke partai final setelah mengungguli Belanda lewat adu penalti. Argentina yang harus kehilangan Angel Di Maria yang cedera paha kala menghadapi Belgia, bermain dengan sedikit berhati-hati, mengingat Belanda sempat melumat sang jawara bertahan Spanyol 5-1 di awal mulai turnamen. Walau sama-sama bermain cukup hati-hati, namun kedua kesebelasan saling berjual beli serangan, Robben yang menjadi motor bagi Belanda terus berusaha melepaskan diri dari penjagaan tukang jagal Argentina Javier Mascherano, begitupula dengan mega bintang Argentina Lionel Messi yang dikelilingi pemain-pemain bertubuh besar yang menyulitkannya untuk bergerak. Alejandro Sabella sempat dibikin was-was ketika Mascherano berbenturan kepala dengan Nigel De Jong, Mascherano langsung terkapar dan harus mendapat perawatan, beruntung Pemain yang memperkuat Barcelona itu masih mampu melanjutkan pertandingan. Skor kacamata bertahan hingga turun minum. Pada paruh ke 2, kedua tim masih terus berjual beli serangan, Higuain sempat mengancam gawang Belanda saat menyambut umpan silang Zabaleta, sayang bola hanya menabrak jaring luar saja. Memasuki masa tambahan waktu, Robben sempat memiliki peluang emas setelah menerobos 3 pemain bertahan Argentina, Robben yang telah berhadapan dengan Sergio Romero, sedikit terlalu lama melepaskan tembakan, hingga Mascherano dapat lebih dahulu menahan bola. 90 menit dilalui tanpa gol memaksa pertandingan berlanjut ke babak perpanjangan 2x15 menit.15 menit pertama cukup dikuasai oleh Belanda, hingga babak pertama perpanjangan belum tercipta gol. Di paruh ke 2 Argentina mencoba keluar dari tekanan, melalui Maxi Rodriguez yang memberi umpan terukur, Palacio gagal memaksimalkan peluang setelah sundulannya dapat ditangkap oleh Jesper Cillesen. Pada akhir perpanjangan waktu, Messi yang menusuk dari sisi kiri pertahanan Belanda berhasil mengirim umpan matang pada Rodriguez, sayang sepakan voli Maxi yang tak terkawal lagi-lagi dapat diselamatkan Cillesen yang tampil baik. Setelah melewati 120 menit tanpa gol, pertandingan ditentukan melalui adu penalti. Sergio Romero menjadi pahlawan Albiceleste setelah mampu menahan tendangan Vlaar dan Sneijder, sedang keempat penendang Argentina yang diawali sang kapten mampu menuntaskan tugasnya dengan tanda hijau di papan skor.
Keberhasilan Argentina menggapai final adalah yang pertama sejak 24 tahun lalu, tepatnya di Piala Dunia 1990 Italia. Argentina sepertinya ditakdirkan bertemu Jerman di Final. Dari 4 final sebelumnya, 2x Argentina bertarung melawan Der Panzer, dan mereka pun berbagi hasil dimana 1986 Argentina mengalahkan Jerman, dan 4 tahun berikutnya giliran Jerman yang meraih tahta. Hal yang cukup unik adalah terakhir final Argentina dilakoni melawan Jerman, dan kini kembali bertemu Jerman, Hal lain yang bisa cukup disorot adalah adanya beberapa kemiripan perjalanan Argentina 2014 dengan 1986. Pada beberapa artikel sebelumnya, penulis pernah mengulas "dejavu" Argentina di Piala Dunia 1986 dan 2014 dari sosok kapten, yang sama-sama bertubuh kecil, ber inisial nama M dan mengenakan nomor 10. Di partai puncak, kembali "dejavu" dirasakan oleh skuat negeri Tango ini, seperti mengulang ke tahun 1986, Argentina kembali menantang Jerman. Kala itu Jerman juga menyingkirkan tuan rumah Meksiko, namun terjadi di babak perempat final, lalu menumbangkan salah 1 unggulan Prancis di semifinal. Di tahun ini, Jerman juga melumat tuan rumah Brazil. Sementara Argentina 1986 melewati hadangan Belgia untuk mencapai final, kali ini di tahun 2014 Argentina juga terlebih dahulu melewati Belgia di perempat final. Apakah Argentina mampu kembali mengulang memori manis 1986, ataukah Jerman yang mampu mengecap manisnya kenangan 1990? 14 Juli akan menjadi tanggal bersejarah bagi salah satu tim pemenang. Mampukah Messi meraih impiannya membawa pulang trophy Piala Dunia, serta menjaga "kesucian" tanah Amerika dari euforia Eropa atau Jerman yang mampu menorehkan sejarah sebagai negara Eropa pertama yang mampu mencuri gelar di tanah Amerika



?

Selasa, 08 Juli 2014

Amerika Selatan VS Eropa

Sejak 20 kali penyelenggaraan Piala Dunia sejak tahun 1930, negara-negara Eropa selalu bersaing ketat dengan negara-negara Amerika Selatan. Tercatat 5 negara Eropa dan 3 negara Amerika Selatan pernah menjuarai turnamen 4 tahunan ini, Jerman, Italia, Inggris, Prancis, dan Spanyol mewakili Eropa dan Brazil, Argentina, serta Uruguay menjadi wakil jawara Amerika Selatan. Sejarah pun mencatat hanya Brazil yang mampu menjadi juara kala Piala Dunia digelar di tanah Eropa. Brazil mampu menaklukkan tuan rumah Swedia pada gelaran tahun 1958, dengan skor 5-2 dan merupakan gelar pertama bagi Brazil. Sejak tahun 1962 hingga 1998, tercatat jika Piala Dunia digelar di Eropa, maka juara adalah dari Eropa, begitu pula ketika diadakan di benua Amerika, juara pun berasal dari Amerika, tepatnya Amerika Selatan.
Sejak 1930 hingga 1998, Piala Dunia dilaksanakan di 2 benua saja, meskipun wakil Asia dan Afrika turut berpartisipasi. FIFA akhirnya membuat sebuah dobrakan dengan memutuskan Piala Dunia 2002 digelar di Asia. Korea Selatan dan Jepang menjadi 2 negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah bagi 32 negara peserta Piala Dunia. Dan untuk pertama kalinya Piala Dunia dilaksanakan di 2 negara sekaligus, serta memiliki 3 Maskot, Ato, Nik, dan Kaz. Di Piala Dunia tersebut akhirnya dimenangi Brazil. 4 tahun berselang, Eropa kembali menjadi tuan rumah dan Italia berjaya di Jerman. Pada tahun 2010 kembali Piala Dunia digelar di tempat "Netral" Afrika Selatan. Selain berlangsung di tempat netral, Piala Dunia 2010 menghadirkan juara baru Spanyol. Dengan hasil itu Amerika dan Eropa berbagi tempat netral. Asia jadi milik Amerika, dan Afrika menjadi milik Eropa. Brazil pernah mencuri gelar di Eropa, namun negara-negara Eropa belum sekalipun mencuri gelar di tanah Amerika.
Piala Dunia Brazil 2014 telah memasuki Semifinal dimana 4 tim bertanding berasal dari 2 Benua, Argentina dan Brazil mewakili Amerika, Jerman dan Belanda mewakili Eropa. Mampukah Eropa mencuri gelar di tanah Amerika? Atau Amerika mampu menjaga "kesucian" dari invasi Eropa? Brazil yang kehilangan Neymar dan Thiago Silva dianggap kehilangan 50% kekuatannya, mampukah menjegal laju Der Panzer yang sedikit kehilangan jatidiri permainannya? Argentina harus rela kehilangan Angel Di Maria, namun Alejandro Sabella dapat sedikit bernafas lega dengan kembalinya Sergio Aguero dan Gonzalo Higuain yang telah menemukan kepercayaan dirinya. Sedang kubu Belanda yang sedang ber euforia atas kemenangan menghadapi Kosta Rika sedikit diterpa isu miring terkait keputusan Louis van Gaal mengganti penjaga gawang tepat 1 menit sebelum babak adu penalti. Babak akhir Piala Dunia segera dimulai dengan kekuatan yang cukup berimbang, diyakini akan menghadirkan pertarungan yang ketat

Sabtu, 05 Juli 2014

Panggung Aksi Penjaga Gawang

146 gol tercipta di fase grup Piala Dunia Brazil kali ini, jumlah yang sangat banyak dan melebihi gelaran Piala Dunia sebelumnya. Dengan jumlah gol sebanyak itu secara logis penampilan penjaga gawang tidak lah maksimal, namun di gelaran pesta bola kali ini justru sisi kiper lah yang menarik perhatian. Bukan kiper kondang seperti Buffon, Casillas, Courtois yang menjadi sorotan, namun kiper-kiper "kelas dua" yang menjadi bintang.
 Penampilan gemilang Guillermo Ochoa yang mengawali parade penjaga gawang kali ini. Menghadapi Brazil di pertandingan ke 2 fase grup, Meksiko diprediksi hanya akan menahan tidak kebobolan banyak gol, namun Ochoa merubah prediksi tersebut dengan menahan gempuran pemain-pemain Brazil, yang paling diingat tentu saja kala Ochoa mampu menahan sundulan Neymar dari jarak yang sangat dekat. Seketika itu juga nama Ochoa langsung menjadi pusat perhatian dengan penampilan impresifnya. Penampilan apik Ochoa tidak berhenti di partai itu, kiper 28 tahun itu kembali menunjukkan penampilan impresifnya di babak 16 besar, dimana Meksiko harus menghadapi raksasa Eropa Belanda. Penampilan Ochoa melambungkan asa Meksiko untuk melanjutkan petualangan mereka ke babak 8 besar, Meksiko yang unggul berkat gol Giovani Dos Santos mampu membuat pemain-pemain tim Oranje kerepotan, bahkan sempat ada selentingan publik jika Robben tidak diving, maka Meksiko lah yang seharusnya maju ke babak 8 besar. Robben yang sebelumnya menjadi bintang harus mendapat cemoohan dari publik, sedang Ochoa berhasil merebut simpati penikmat sepakbola, dan hasil dari kerja kerasnya di Piala Dunia akan segera membawa kariernya ke pentas liga yang lebih tinggi setelah kontraknya bersama Ajaccio tidak lagi diperpanjang, seiring dengan banyaknya minat klub-klub elit pada dirinya.
Kiper Iran Alireza Haghighi juga sempat membuat penonton terpana ketika sukses menahan gempuran Lionel Messi, dkk. Iran yang tidak diunggulkan dan diprediksi akan jadi lumbung gol Argentina bermain bertahan dan sesekali melakukan serangan balik. Namun Iran harus berterima kasih pada Haghighi karena mampu tampil prima di pertandingan tersebut, tidak kurang dari 3 peluang emas Argentina mampu dipatahkan kiper 26 tahun tersebut, selain mematahkan peluang-peluang emas, pemilik tinggi 193cm itu juga sangat sigap memotong umpan-umpan silang Argentina. Namun ketangguhan Haghighi harus takluk oleh seorang Messi, tendangan kaki kiri nya tidak dapat diantisipasi penjaga gawang kelahiran Teheran tersebut. Namun dengan penampilan gemilangnya menahan gempuran Messi, Higuain, dan Aguero yang notabene adalah penyerang-penyerang kelas wahid saat ini, aksi Haghighi itu akan cukup diingat dan akan menjadi kenangan manis dalam karier sepakbolanya.
Keylor Navas, pemain kelahiran 15 Desember 1986 sontak menjadi rebutan klub-klub papan atas Eropa seiring penampilan gemilangnya yang mampu membawa Kosta Rika untuk pertama kalinya menembus babak 8 besar dan menantang Belanda. Berada di grup neraka yang tergabung bersama Inggris, Italia, dan Uruguay, Kosta Rika sejatinya hanya mematok target realistis untuk tidak menjadi bahan tertawaan di Piala Dunia. Kosta Rika diyakini akan bertahan total untuk tidak menjadi sumber emas bagi tim lawan untuk meraup gol sebanyak-banyaknya. Mengawali Piala Dunia melawan Uruguay, Kosta Rika bahkan mengejutkan dunia dengan kemenangan 3-1, dan gol Uruguay sendiri dihasilkan dari titik putih. Melawan Italia pun Kosta Rika mampu menang 1-0 dan membawa mereka lolos ke babak 16 besar sekaligus memulangkan Inggris. Hingga pertandingan ke 2 itu Navas belum terlalu menonjol. Di pertandingan pamungkas fase grup, Inggris mengusung misi bawa pulang 3 poin sebagai pelipur lara, namun Keylor Navas masih mampu menjaga gawangnya tetap perawan hingga akhir pertandingan. Dengan hasil 3 pertandingan dan hanya kemasukan 1 gol dari titik putih membuat penasaran penggila bola dunia, apa yang menjadi resep Kosta Rika dapat bermain begitu teratur, Navas yang bermain untuk Levante lah yang menjadi sosok kunci pembentuk tembok pertahanan yang kokoh. Berbekal pengalaman menghadapi pemain-pemain terbaik di La Liga membuat Navas dengan percaya diri memimpin rekan-rekannya menggalang pertahanan yang solid. Nama Navas mencuat ketika Kosta Rika menghempaskan Yunani di babak 16 besar. Melalui drama adu penalti, Navas mampu mem blok tendangan Theofanis Gekas dengan sangat meyakinkan.
Nama terakhir yang menjadi sorotan adalah Tim Howard. Mungkin kata bijak sepakbola ini berlaku bagi Howard "semakin berumur, penjaga gawang akan semakin matang". Berumur 35 tahun, namun Howard malah tampil gemilang dan memecahkan rekor penjaga gawang Piala Dunia. Penonton pertandingan Belgia vs Amerika Serikat telah menjadi saksi heroiknya kiper Everton ini. Walau kalah 2-1 dari Belgia, mantan penjaga gawang Manchester United ini melakukan aksi penyelamatan terbanyak dan sangat mencengangkan. 16 peluang Belgia mampu dihadangnya. dari jumlah penyelamatan itu, Howard pun dirasa layak ditetapkan sebagai man of the match kendati AS kalah dari Belgia. Pujian mengalir dari berbagai kalangan, baik dari rekan 1 tim, dari tim lawan, pujian juga datang dari pemerintah AS yang sangat mengapresiasi penampilannya. Hal yang sejatinya cukup unik, karena sepak bola bukanlah olahraga populer di Amerika.
Selain rekor Tim Howard, ada satu lagi rekor yang dipecahkan oleh penjaga gawang, namun bukan karena penampilannya yang gemilang. Rekor pemain tertua Piala Dunia selama ini masih dipegang oleh legenda Kamerun Roger Milla sejak Piala Dunia 1994. Pada gelaran tahun ini setelah rekor itu bertahan selama 20 tahun, penjaga gawang Kolombia Faryd Mondragon berhasil mematahkannya. Entah memang karena kebutuhan tim atau memang sudah direncanakan, Jose Pekerman memutuskan membawa serta pemain 43 tahun itu dalam skuat Piala Dunia Kolombia. Saat Kolombia telah unggul 4-1 atas Jepang, Pekerman mengganti David Ospina dan memasukkan Faryd Mondragon yang berusia 43 tahun dan 3 hari di sisa 5 menit pertandingan. Dengan masuk ke lapangan hanya 5 menit, sudah menobatkan Mondragon sebagai pemain tertua di Piala Dunia.
Di turnamen ini akhirnya posisi penjaga gawang mendapat sorotan sama besarnya. Seorang kiper selalu dicaci saat kebobolan atau timnya kalah, tapi jarang ikut mendapat pujian ketika timnya menang. Namun Piala Dunia kali ini cukup merubah paradigma penjaga gawang. Semoga akan muncul kiper-kiper berkualitas tinggi jika posisi kiper pun dihargai begitu tinggi setara dengan posisi yang lain.