Entri Populer

Jumat, 30 Mei 2014

Pesta Seniman Bola Dunia

12 hari menuju Kick Off pesta sepakbola dunia. Pentas 4 tahunan yang akan digelar di Brazil ini menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat Brazil yang selama ini dikenal sebagai pecinta sepakbola sejati malah menunjukkan perlawanan menentang Piala Dunia 2014 di negaranya. Namun semua sudah direncanakan dan harus dilaksanakan.
Perhelatan Piala Dunia kali ini cukup mengundang perhatian, selain masalah internal negara penyelenggara, banyaknya pemain bintang serta pemain muda potensial akan menghiasi pentas sepakbola tertinggi tahun ini. Seperti kita tahu, ada nama-nama Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, yang sedang menjadi 2 top player beberapa tahun terakhir memperkuat masing-masing Argentina dan Portugal dan sedang menjadi trending topic pecinta bola masa kini. Messi tentu sangat terobsesi untuk mendapatkan gelar Piala Dunia, setelah gagal di 2 episode Piala Dunia sebelumnya. La Pulga sejauh ini belum memberikan kontribusi maksimalnya untuk timnas Argentina, pada tahun 2005 merupakan tahun indah Messi berseragam Putih-Biru, kala itu dia berduet dengan Sergio Aguero menjuarai gelaran Piala Dunia U-20. Sedang prestasi terbaiknya di level senior hanya menjadi runner up di Copa America 2007. Di gelaran kali ini Messi diyakini akan mengerahkan semua kemampuannya untuk mampu mengawinkan gelar Piala Dunia juniornya dengan Piala Dunia sesungguhnya, apalagi kali ini dia juga didukung rekan-rekan senegara yang tak kalah kebintangannya, seperti Sergio "Kun" Aguero (Man. City), Angel Di Maria (Real Madrid), Gonzalo Higuain (Napoli), Javier Mascherano (Barcelona), dan masih banyak lagi.
Lain halnya dengan Cristiano Ronaldo yang bermain selayaknya single fighter di Portugal, dimana di timnas peran Ronaldo begitu menonjol, tak salah jika Portugal saat ini tidak terlalu diunggulkan di perebutan gelar Piala Dunia kendati ada Nani yang mendampingi CR7.
Selain kedua pemain tersebut, di gelaran tahun ini juga memiliki kuda hitam Belgia yang memiliki generasi emas nya, yang memiliki pemain-pemain penting di klub nya masing-masing. Di sektor penjaga gawang memiliki Thibaut Courtois dan Simon Mignolet yang masing-masing menjadi aktor penting bagi Atletico Madrid dan Liverpool, di lini belakang dikawal oleh Vincent Kompany, Toby Alderweireld, Daniel Van Buyten, Jan Verthongen, dan Thomas Vermaelen. Lini Tengah Setan Merah pun tidak kalah berkilau, dimana ada nama Eden Hazard dan Superboy Adnan Januzaj yang penampilannya di Manchester United mampu menarik perhatian dunia. Daya gedor anak asuhan Marc Wilmots ini pun tak kalah bersaing dimana ada nama Romelu Lukaku dan Mousa Dembele. Seharusnya Belgia masih memiliki Christian Benteke, namun penyerang Aston Villa tersebut telah dipastikan absen di Piala Dunia kali ini.
Namun jangan lupakan Spanyol sang juara bertahan, kendati masih diisi pemain-pemain lama seperti Iker Casillas, Xavi Hernandez, Cesc Fabregas, dan Iniesta, mereka juga memiliki amunisi anyar naturalisasi dari Brazil, sang predator baru La Liga Diego Costa, kendati belum pulih dari cedera hamstring, tapi diyakini jika Costa dapat berlaga di Piala Dunia kali ini. Selain nama-nama dari Eropa, negara-negara kontestan dari Amerika Selatan pun tak kalah berkilau, sebut saja ada Falcao di Kolombia, namun belum dipastikan keikut sertaannya, juga ada Luiz Suarez dari Uruguay, Neymar, Oscar, Dani Alves, dan Marcelo dari Brazil. Di pentas bola kali ini jangan lupakan kekuatan negara-negara Afrika yang selalu mampu memberi kejutan, sebut saja nama Yaya Toure, Kolo Toure, dan Didier Drogba.
Masih banyak memang pemain-pemain yang tidak disebutkan dalam opini diatas yang pasti juga mampu membuat mata kita berdecak kagum, seperti Robben, Thomas Muller, Mesut Ozil, Jack Willshere, dan masih banyak lagi. Lalu siapakah yang akan mampu meraih gelar tertinggi? Sejarah menyebutkan bahwa ketika Piala Dunia di helat di tanah Eropa, maka juaranya juga dari Eropa, jika dihelat di benua Amerika, maka juaranya pun dari negara-negara Amerika. Ketika digelar di Asia, juara dari Amerika, sedang ketika digelar di Afrika juara dari Eropa. Fakta yang sangat menarik. Welcome World Cup 2014. BRAZUCA

Rabu, 28 Mei 2014

Damai Sepakbola Indonesia

Siapa tak kenal The Jak, Viking, Aremania, dan Bonekmania? Sebagai pecinta sepakbola nasional kita tentu tahu bahwa mereka merupakan basis suporter terbesar di kancah sepakbola nasional. The Jak mewakili klub ibukota Persija Jakarta, Viking adalah pendukung setia Persib Bandung, Aremania merupakan suporter fanatik Arema Cronus Malang, dan Bonek adalah militan Persebaya Surabaya.
Kita juga tentu tahu sejarah panjang persaingan keempat klub tersebut sejak pentas Liga perserikatan dan Galatama, yang akhirnya dileburkan menjadi Liga Dunhill Indonesia, Liga Bank Mandiri Indonesia, Liga Djarum Indonesia, hingga Liga Super Indonesia yang dihelat saat ini. Disamping persaingan klub ber tradisi positif tersebut masing-masing memiliki pendukung fanatik yang menjadi kebanggaan klub. Sayang kebanggaan klub itu sedikit ternoda oleh perseteruan masing-masing suporter dimana The Jak merupakan rival dari Viking, dan Aremania berseteru dengan Bonek.
Perseteruan The Jak-Viking dan Aremania-Bonek boleh dibilang terbentuk sejak awal Liga Indonesia dimulai, namun yang membuat hati miris adalah perseteruan tambahan antara Aremania-Viking dan The Jak-Bonek, yang terbentuk hanya karena "Koalisi" dimana Aremania berikrar saudara dengan The Jak, dan Viking berucap setia dengan Bonek. Jika kita tarik ke belakang beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2009, Sutradara Andibachtiar Yusuf mengangkat perseteruan The Jak-Viking ke layar lebar. Walaupun lebih ke tema percintaan, namun masih kental ber aroma perseteruan suporter sepakbola. Di dalam film tersebut Aremania didaulat sebagai mediator perselisihan The Jak-Viking. Dari film tersebut secara tidak langsung terlihat bahwa Aremania tidak memiliki sejarah negatif terhadap Viking.
Beberapa tahun lalu pun sebenarnya Aremania dapat dengan aman berkunjung ke Siliwangi, dan Viking pun mendapat sambutan hangat ketika bertandang ke Kanjuruhan.
Kini suasana hangat itu pudar karena mereka masing-masing mengkotakkan diri mereka dengan "Koalisi" mereka sendiri.

 Belum pudar dari ingatan kita bagaimana bus pemain Persib sampai dihancurkan oleh oknum The Jak, sampai pada pemain kah persaingan negatif antar suporter harus berlabuh?
PSSI pun beserta Menpora berusaha memediasi perdamaian antara The Jak-Viking yang akhir nya tercipta kesepakatan damai, namun sepakat hanya menjadi ucap ketika The Jak dilarang "bersilaturahmi" ke Bandung beberapa waktu lalu, bahkan mereka sempat bentrok dengan pihak kepolisian, dengan dalih mereka membawa misi damai ke Bandung, murni untuk mendukung Persija bukan merusuh.
Begitu pula dengan tim Arema yang mendapat sambutan kurang baik ketika melawat ke Kota Bandung di akhir putaran pertama lalu, walau kalah, tim Singo Edan itu masih harus membawa kenang-kenangan pahit dari Bandung ketika lemparan-lemparan penonton setia menemani mereka.
Sebaliknya, kubu Aremania malah mendapat pujian dari Tim Maung Bandung saat mereka bertandang ke Kanjuruhan. Walau stadion dipenuhi Aremania, dan skor berakhir imbang 2-2, mereka tidak mendapat perlakuan negatif dari suporter tuan rumah, dan apresiasi tinggi itulah yang harusnya mencoreng wajah kelompok suporter yang bertindak anarkis saat tim nya kalah atau ditahan imbang lawan di kandang sendiri. Bahkan pemain sekelas Firman Utina pun mengaku bahwa dia tidak pernah bisa melupakan slogan "Salam Satu Jiwa" dari Aremania. Siapakah suporter yang bisa dicontoh? Masing-masing orang mempunyai persepsinya sendiri-sendiri, tapi alangkah indahnya jika kelak kita bisa melihat Aremania-Bonek atau The Jak-Viking berada dalam satu stadion untuk mendukung klub mereka masing-masing layaknya suporter Barcelona-Real Madrid, Bayern Munchen-Borussia Dortmund, Inter Milan-AC Milan mendukung klub tanpa ada kekerasan fisik antar suporter. Damailah Indonesiaku.

Senin, 26 Mei 2014

Drama Derby Madrid di Lisbon

Stadion Da Luz Lisbon menjadi saksi sejarah Real Madrid merengkuh "La Decima" di ajang UEFA Champions League 24 Mei 2014 yang lalu. Sempat tertinggal 0-1, Real Madrid akhirnya mampu bersorak di akhir pertandingan. Tensi tinggi diperagakan kedua klub asal Madrid sejak awal pertandingan untuk mencuri gol, pada menit 36 Diego Godin mampu membungkam suporter Real Madrid. Di babak kedua Real Madrid terus menggempur pertahanan Atletico, namun penampilan gemilang Thibaut Courtois di bawah mistar, kerap kali membuat Ronaldo, dkk frustasi. Usaha keras mereka akhirnya terbayar setelah Sergio Ramos menjadi penyelamat kubu Madrid putih untuk memanjangkan asa mereka merengkuh "La Decima" dengan gol nya di menit 90+3. Seakan tidak ingin membuang peluang lagi, di babak extra time Real Madrid terus menggempur pertahanan anak asuhan Diego Simeone. Pada babak tambahan pertama, tidak ada gol yang tercipta. Pertahanan Atletico akhirnya runtuh pada babak tambahan yang kedua setelah tambahan 3 gol bersarang di gawang Courtois, yang masing-masing dicetak Gareth Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo lewat titik putih.
Tensi panas pertandingan kembali naik setelah eksekusi penalti CR7, sempat tertangkap kamera pelatih Atletico Diego Simeone meluapkan kemarahannya pada Raphael Varane, bahkan Simeone sampai memasuki lapangan pertandingan untuk mengejar Varane. Diketahui emosi Simeone memuncak karena provokasi Varane yang menendang bola kearah bench pemain Atletico Madrid. Karena situasi tersebut akhirnya Simeone diganjar kartu merah oleh Bjorn Kuipers selaku pemimpin pertandingan, sedang Raphael Varane hanya terkena kartu kuning. Beberapa detik setelah ketegangan itu berlangsung, wasit meniup peluit panjang  yang menandai pesta besar anak asuhan Carlo Ancelotti di Lisbon. Pesta tersebut akan terus membekas untuk seorang Ronaldo, karena final tersebut diadakan di tanah kelahirannya dan di stadion klub Sporting Lisbon yang merupakan klub  profesional pertamanya sebelum hijrah ke Manchester United, ditambah lagi Ronaldo juga menjadi top skor di pentas tertinggi Eropa tersebut dengan 17 gol nya. Begitu pula dengan Gareth Bale, yang meraih trophy UCL nya di musim pertama nya di Real Madrid.

Jumat, 16 Mei 2014

Gracias Carles Puyol


Berakhir sudah masa bakti Carles Puyol pada Barcelona yang sudah terjalin selama 15 tahun. Pria berkebangsaan Spanyol tersebut memastikan bahwa dirinya akan meninggalkan Camp Nou akhir musim ini, dan akan fokus menyembihkan cederanya yang membuatnya tak kunjung bisa kembali merumput sejak Maret lalu. Keputusan kapten Barcelona ini dijelaskan dalam konferensi pers pada hari Kamis, 15 Mei 2014 waktu Spanyol.

Pria Kelahiran La Pobla de Segur, Lleida, Catalonia ini mengawali debut perdananya bersama Barca adalah kala Barcelona bersua Real Valladolid pada tanggal 2 Oktober 1999. Keputusan pelatih yang saat itu dipimpin Louis Van Gaal berbuah manis dengan kemenangan debut Puyol dengan skor 2-0. Empat musim setelah debutnya, tepatnya pada musim 2003-2004, pria kelahiran 13 April 1978 itu dipercaya menjadi kapten Blaugrana. Sebelum menjadi pesepakbola top, orang tua Puyol sempat pesimis anaknya mampu menjadi pesepakbola handal, dan lebih menyuruhnya untuk fokus pada sekolahnya. Namun lelaki kriting ini tidak menyerah dan akhirnya bergabung dengan La Masia pada tahun 1995. Pertama mengenal sepakbola Puyol berposisi sebagai penjaga gawang, namun cedera bahu memaksanya berpindah posisi menjadi penyerang. Ketika masuk akademi La Masia kembali Puyol muda berpindah posisi menjadi seorang gelandang bertahan. Pada saat dipromosikan ke Barca B, Puyol menempati posisi sebagai Bek kanan, hingga pada akhirnya pemilik tinggi 178cm ini nyaman menjaga pertahanan sektor tengah. Puyol merupakan salah satu legenda sepakbola paling sukses yang pernah ada, tercatat hampir semua gelar pernah diraih Puyol bersama Barcelona dan timnas Spanyol. Thropy baik mayor maupun minor hampir semua pernah masuk ke lemari prestasi El Capita, La Liga, Copa Del Rey, Piala Super Spanyol, Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala Dunia antar Klub, Piala Eropa, dan Piala Dunia pun sudah pernah digenggamnya. 
Selama membela El Barca, Puyol mencatatkan 682 penampilan dan mencetak total 24 gol. Sedang bersama timnas Spanyol Puyol telah melakoni 100caps dengan 3 buah gol. Namun ternyata tak hanya timnas Spanyo yang pernah diperkuat palang pintu Barcelona ini, karena Puyol berasal dari Catalan, ia juga sempat membela timnas Catalonia sebanyak 6 caps tanpa gol. 
Kepergian Carles Puyol dari Barcelona ini tidak dilakukannya dengan mudah, namun juga tidak dengan perasaan sedih, karena ada kebanggaan dalam diri Puyol, dimana dia bisa merasakan dan meraih mimpi ribuan anak karena mampu bermain di Barcelona yang disebutnya sebagai klub impian. Bermain dengan kebanggaan, berpisah dengan sebuah kehormatan. Datang sebagai seorang anak dengan mimpi besar, dan pergi dengan kejayaan atas mimpi-mimpi masa mudanya. Gracias Carles Puyol, Camp Nou akan selalu menjadi rumahmu. 



Rabu, 14 Mei 2014

La Liga vs Premier League

Banyak kalangan menilai bahwa BPL merupakan liga terbaik di dunia, namun tentu saja hal itu tidak bisa dianggap mutlak. Dari segi kompetitif, memang bisa kita akui kemampuan klub BPL lebih merata, kita melihat ada Manchester United, Manchester City, Chelsea, Liverpool, Arsenal, Everton, Tottenham Hotspur, yang memiliki persaingan cukup ketat di BPL saat ini, namun juga tidak menutup kemungkinan klub di level yang dianggap sedikit dibawah mereka mampu memberi kejutan. BPL pun mengundang ketertarikan bintang-bintang bola dunia untuk mengarungi kerasnya persaingan di Liga Inggris, bahkan pemain-pemain dari negara yang dirasa tidak cocok dengan gaya permainan Inggris pun mengadu nasib di Negeri Ratu Elizabeth tersebut, pemain seperti Sergio Aguero, Coutinho, Luis Suarez, Willian, dan Oscar yang notabene berasal dari Amerika Latin pun mulai mendulang kesuksesan di Liga Inggris yang dikenal kurang cocok dengan gaya permainan Inggris. Liga Inggris pun dianggap sebagai liga paling seru, dimana hal ini juga didukung oleh banyaknya pemain asing diluar Inggris Raya yang memperkuat tim-tim Inggris, Australia, Asia, Amerika, Afrika pun punya wakil pemain di Inggris.
Bagaimana dengan Liga Spanyol? Beberapa musim terakhir memang merupakan ajang persaingan Barcelona dengan Real Madrid, namun walau hanya "diwakili" Barcelona dan Real Madrid, klub Spanyol mampu bertaji di level tertinggi klub-klub Eropa, tercatat dalam 5 musim terakhir Barcelona mampu menjadi 2x kampiun UCL dengan mengalahkan Manchester United, sedang tim Inggris hanya diwakili Chelsea yang berjaya menjadi kampiun pada musim 2011/2012, dan tahun ini dipastikan klub Spanyol kembali merajai kancah tertinggi Eropa, dengan duel final Real Madrid melawan Atletico Madrid di Final UCL mendatang. Klub Liga Inggris pun bisa dibilang adalah basis klub kaya raya, karena banyak sekali investor asing yang mau menghabiskan uangnya untuk mendanai klub Inggris, tercatat ada Chelsea, Manchester City, Manchester United, dan Liverpool yang didanai oleh investor asing. Berbeda dengan tim Spanyol yang banyak kekurangan dana untuk menghidupi klub nya.
Pertarungan musim ini pun Liga Spanyol memiliki keunikan tersendiri dengan menampilkan Atletico Madrid dan Barcelona yang akan bersua di Camp Nou akhir pekan ini untuk memperebutkan gelar La Liga, dengan peluang 50:50, sedang Liga Inggris walau penentuan juara hingga pekan terakhir, namun peluang juara sudah menunjukkan angka 75:25 untuk Manchester City atas Liverpool.
Dampak dari kesuksesan liga Inggris yang dinilai sebagai liga paling atraktif di dunia ternyata tidak berimbas positif pada timnas Inggris, karena tidak banyak pemain muda asli Inggris dapat kesempatan bertanding di level tertinggi. Lain hal nya dengan La Liga dimana masih banyak pemain asli Spanyol yang mendapat kesempatan bermain di level tertinggi liga. Di kancah Piala Dunia 2010, Inggris bahkan hanya menjadi runner up di grup C di bawah Amerika Serikat yang notabene bukan merupakan negara tradisi sepakbola, dan Inggris akhirnya harus "dilumat" Jerman dengan skor 4-1 di babak 16 besar. Hasil positif diraih Spanyol di Piala Dunia 2010, walau mengawali Piala Dunia dengan kekalahan 1-0 dari Swiss, Spanyol mampu bangkit dan menjadi juara Grup H, dan mampu membawa pulang Trophy setelah mengalahkan Belanda di partai puncak. 2 tahun sebelum Piala Dunia, tepatnya pada perhelatan Piala Eropa 2008, Spanyol telah menjadi juara dengan mengalahkan Jerman di partai puncak, sedang Inggris bahkan tidak berpartisipasi di Piala Eropa 2008 yang di helat di Austria dan Swiss tersebut. Puncak prestasi generasi emas Spanyol terjadi pada Piala Eropa 2012, dimana Spanyol tercatat sebagai negara pertama yang mampu membukukan back to back dengan melumat Italia 4-0, sedang Inggris takluk di tangan Italia di babak perempat final.
Layakkah Liga Inggris disebut sebagai Liga terbaik jika dilihat dari sudut pandang yang luas?

Selasa, 13 Mei 2014

Partai Final Liga Spanyol

 Amazing!!! Mungkin kata itu yang bisa menggambarkan penampilan Atletico Madrid musim ini. Tidak banyak yang menyangka jika tim asuhan Diego Simeone ini mampu bersaing dengan Barcelona dan Real Madrid sepeninggal Radamel Falcao.
Keperkasaan Atletico Madrid musim ini membawa persaingan positif dan lebih kompetitif di Liga Spanyol, terbukti dengan penentuan juara hingga pekan terakhir. Pekan terakhir Liga BBVA ini secara kebetulan akan mempertemukan 2 klub pemuncak liga yang akan saling "bunuh" untuk merengkuh gelar Liga Spanyol, yaitu Barcelona dan Atletico Madrid. Atletico sedikit diuntungkan karena memiliki keunggulan 3 poin atas Barcelona, dan cukup mengamankan 1 poin saja untuk meraih gelar. Sedang El Barca tidak begitu saja tersudut, karena partai akhir ini dilaksanakan di kandang kebesaran mereka Camp Nou, dan mereka juga masih memiliki keunggulan head to head atas Atletico, dengan kemenangan minimal margin 1 gol pun Barcelona akan mempertahankan gelar liga tetap berada di tangan mereka.

Partai ini mungkin sedikit banyak juga akan menyorot 2 bomber andalan masing-masing tim. Diego Costa dari Atletico, dan Leo Messi mewakili Barcelona, dimana mereka juga masih bersaing bersama Cristiano Ronaldo untuk memperebutkan gelar el pichichi. Diego Costa sendiri mungkin memiliki motivasi berlipat untuk menghantar Atletico menjadi juara, hal ini karena dipastikan partai ini menjadi partai liga terakhir Diego Costa bersama Atletico Madrid. Diego Costa sendiri telah memastikan diri untuk bergabung ke Chelsea musim depan.
Bagaimana dengan Lionel Messi? Tidak perlu diragukan lagi, di pertandingan sekelas ini Messi diyakini akan memberikan 100% kemampuannya untuk mempertahankan gelar liga tetap berada di Camp Nou.
Gaya permainan yang berbeda dari 2 pelatih asal Argentina ini menjanjikan pertandingan yang pastinya akan menguras emosi suporter kedua kesebelasan ini. ditambah lagi kurang impresifnya kedua tim ini di 3 partai terakhir akan menambah aroma panas partai ini. Serta misi balas dendam anak asuhan Tata Martino juga akan turut membumbui pertandingan final kali ini. Siapa yang akan menguasai La Liga musim 2013/2014? we'll see.

Senin, 12 Mei 2014

Trophy BPL Bertahan di Manchester

4 musim berturut-turut trophy BPL bertahta di kota Manchester, dan secara bergantian pula mengisi lemari piala Manchester United dan Manchester City. Musim 2013/2014 ditutup dengan kemenangan Manchester City 2-0 atas West Ham United di Etihad Stadium. Kemenangan The Citizen atas West Ham juga sekaligus memupus harapan Steven Gerrard untuk mengangkat trophy Liga Inggris untuk melengkapi prestasinya bersama Liverpool. Bagi Manchester City juara musim ini terasa spesial, karena Manuel Pellegrini adalah pelatih non-Eropa pertama yang mampu menjuarai Liga Inggris, walaupun musim ini merupakan musim pertamanya melatih di Inggris. Manchester City pun menjadi klub tersubur yang menyarangkan bola ke gawang lawan sebanyak 102 gol, walaupun tidak menjadi klub dengan pertahanan terbaik yang di rengkuh Chelsea, namun kesuburan anak asuhan Manuel Pellegrini cukup untuk membawa City menjadi kampiun. Keunikan lainnya juga singkatnya waktu Manchester City menduduki puncak klasemen Liga Inggris, dimana The Citizen hanya butuh total 15 hari saja di puncak klasemen untuk menjadi penguasa liga. Berikut Klasemen akhir Liga Inggris musim 2013/2014.


 No
Klub
Main
M
S
K
SG
Poin

1
38
27
5
6
102 - 37
86

2
38
26
6
6
101 - 50
84

3
38
25
7
6
71 - 27
82

4
38
23
8
7
66 - 41
77

5
38
21
9
8
61 - 39
72

6
38
21
6
11
55 - 51
69

7
38
19
7
12
64 - 43
64

8
38
15
11
12
54 - 46
56

9
38
13
11
14
45 - 52
50

10
38
15
4
19
43 - 59
49

11
38
13
6
19
33 - 48
45

12
38
11
9
18
54 - 54
42

13
38
11
7
20
40 - 51
40

14
38
10
8
20
41 - 60
38

15
38
10
8
20
39 - 61
38

16
38
10
7
21
38 - 53
37

17
38
7
15
16
43 - 59
36

18
38
8
10
20
28 - 60
34

19
38
9
5
24
40 - 85
32

20
38
7
9
22
32 - 74
30





Sabtu, 10 Mei 2014

Gerardo "TATA" Martino Gagal?

Awal musim La Liga BBVA 2013/2014 FC Barcelona membuat kerjutan dengan merekrut Gerardo Martino dari klub Argentina Newell's Old Boys untuk menggantikan Alm. Tito Vilanova yang mengundurkan diri sebagai pelatih Barcelona. Keputusan kubu Barcelona ini cukup mengejutkan mengingat Tata belum pernah menangani klub Eropa, dan relatif namanya belum dikenal pecinta bola dunia.
Keraguan fans dan pecinta sepakbola seakan ditepis oleh kinerja apik sang entrenador di awal musim dengan mencatatkan kemenangan dan raihan positif. Setelah melalui awal musim yang indah, Tata justru mendapat tekanan di akhir musim perdananya bersama Blaugrana karena inkonsistensi permainan skuat asuhannya.
Tata mampu meyakinkan fans dengan memenangi 2x el clasico masing masing dengan skor 2-1 di Camp Nou dan unggul 3-4 di Santiago Bernabeu. Berbekal hasil-hasil positif itu fans klub asal Catalan itu mengusung optimisme tinggi meraih kesuksesan musim ini seperti pada era Pep dan Tito. Namun semakin mendekati akhir musim skuat Tata malah terkesan overheat dan melempem. Dalam waktu sepekan mereka kehilangan 2 gelar sekaligus. Setelah dilumat Real Madrid di final Copa Del Rey, Barcelona juga harus merelakan satu tempat di semifinal Liga Champion pada Atletico Madrid. Bahkan Barcelona juga nyaris kehilangan kesempatan mempertahankan gelar juara La Liga musim ini. Dari rentetan hasil negatif itu, apakah layak Gerardo Martino dianggap gagal menahkodai FC Barcelona?
Gagal atau tidaknya Tata mungkin tergantung dari sudut mana kita menilai. Jika dari segi prestasi memang bisa dianggap gagal, namun juga tidak bisa menyingkirkan masalah-masalah di luar lapangan yang musim ini akrab dengan klub Catalan ini. Semua masalah diawali dengan kasus isu penggelapan pajak oleh sang mega bintang Lionel Andres Messi. Belum surut isu tersebut, Barcelona kembali diterpa isu negatif terkait kisruh transfer Neymar dari Santos yang juga akhirnya memaksa presiden Sandro Rosell mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan oleh Josep Maria Bartomeu. Dengan mundurnya Rosell ternyata tidak serta merta membuat Barcelona jauh dari masalah. Mereka kembali tersandung masalah berkaitan dengan proses transfer pemain U-18 yang dianggap ilegal oleh FIFA, bahkan mereka sempat dijatuhi hukuman larangan transfer pemain dalam 2 periode jendela transfer yang saat ini masih ditangguhkan status hukumannya. Tidak hanya sampai disitu, kubu Barcelona juga dihantui cedera pamain yang secara bergantian mendera pemain-pemain lini belakang mulai Victor Valdes, Gerard Pique, Carlos Puyol hingga Marc Bartra yang secara otomatis mereduksi kekuatan pertahanan tim. Puncak goncangan mental tim ditutup oleh wafatnya eks entrenador mereka Tito Vilanova karena gagal melewati proses operasi mendadaknya.
Melihat banyaknya permasalahan yang mengguncang tim Barcelona ini, pantaskah kita limpahkan kesalahan hanya pada seorang Gerardo "Tata" Martino seorang? Sekali lagi, hal itu akan mendapat penilaian berbeda dari pecinta sepakbola.