Entri Populer

Jumat, 29 Agustus 2014

Liga Champions Eropa

Piala Dunia usai, klub-klub mulai berburu pemain yang tampil gemilang selama di Brazil. Tercatat pemain-pemain tangguh di Brazil dengan mudah mendapat klub baru dengan skala yang lebih besar dari klub sebelumnya. Fase belanja pemain dan pramusim pun telah dilalui demi menjaga harmonisasi tim dengan skuat maupun pelatih anyar. Mayoritas Liga pun telah memulai perjalanannya. Setelah semua fase dilewati oleh mayoritas klub, ada satu fase penting yang akan membuat klub-klub tersebut bersaing demi gengsi menjadi yang terbaik di benua biru.
Liga Champions Eropa telah menyelesaikan kualifikasi awalnya, dan menciptakan beberapa grup mautnya yang layak ditunggu. Pengundian klub-klub peserta Liga Champions tidak jauh berbeda dengan pengundian-pengundian turnamen lain seperti Piala Dunia maupun Piala Eropa. Jika pada Piala Dunia terbagi atas benua-benua supaya tidak bertemu dalam 1 grup, maka Liga Champions membagi berdasarkan prestasi dalam 5 tahun dan diselaraskan dengan posisi klub di klasemen akhir masing-masing liga dan wilayah negara. Klub dalam 1 liga tidak akan berada dalam 1 grup. Pembagian grup sendiri dibagi menjadi 4 pot, dimana setiap pot diisi oleh 8 klub yang masing-masing akan dibagi menjadi 8 grup, yang membuat hanya ada 1 wakil tiap pot dalam 1 grup final.
Spanyol menjadi negara yang mendominasi di pot 1, yang diwakili oleh Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. Sementara Chelsea dan Arsenal menjadi wakil Inggris. Jerman yang liganya didominasi oleh Bayern Munich pun hanya menominasikan klub bavarian tersebut di pot 1. Jatah sisa 2 klub kali ini dimiliki oleh Portugal yang mengirimkan Benfica dan Porto jadi penghuni pot unggulan ini. Pot 2 masih diisi oleh beberapa klub tradisi Eropa, antara lain Juventus, Paris St. Germain, Borussia Dortmund, dan Manchester City. 4 klub lainnya tidak bisa dibilang klub biasa-biasa saja, namun berasal dari liga yang tidak memiliki koefisien tinggi di Eropa, seperti Shaktar Donetsk, FC Basel, dan Zenith St. Petersburg. Schalke 04 menjadi pelengkap 8 tim di pot 2. Memasuki pot 3, nama-nama seperti Ajax Amsterdam, Liverpool, Sporting Lisbon, dan Galatasaray berpotensi untuk menciptakan grup neraka di Liga Champions kali ini. Pot 3 ini juga dilengkapi oleh klub-klub kuda hitam yang memiliki potensi menjadi kejutan seperti Olympiakos, Athletic Bilbao, CSKA Moscow, dan Bayer Leverkusen. Yang menjadikan Liga Champions kali ini menarik adalah ketika kita melihat isi dari pot 4 dimana ada nama AS Roma, Anderlecht, dan AS Monaco yang semakin akan meramaikan persaingan di turnamen tahunan ini. 3 klub yang cukup memiliki nama besar ini, ditemani oleh APOEL Nicosia, Ludogoretz Rasgard, BATE Borisov, Malmo, dan Maribor yang melengkapi 32 tim peserta Liga Champions 2014/15 kali ini.
Berikut Hasil lengkap drawing Liga Champions yang telah dilakukan :
Grup A: 
Atletico Madrid (Spanyol)
Juventus (Italia)
Olympiakos (Yunani)
FF Malmo (Swedia)

Grup B:
Real Madrid (Spanyol)
FC Basel (Swiss)
Liverpool (Inggris)
Ludogorets (Bulgaria)

Grup C:
Benfica (Portugal)
Zenit St Petersburg (Rusia)
Bayer Leverkusen (Jerman)
AS Monaco (Prancis)

Grup D:
Arsenal (Inggris)
Borussia Dortmund (Jerman)
Galatasaray (Turki)
Anderlecht (Belgia)

Grup E: 
Bayern Munich (Jerman)
Manchester City (Inggris)
CSKA Moskow (Rusia)
AS Roma (Italia)

Grup F:
Barcelona (Spanyol)
Paris Saint Germain (Prancis)
Ajax Amsterdam (Belanda)
APOEL (Siprus)

Grup G:
Chelsea (Inggris)
Schalke 04 (Jerman)
Sporting Lisbon (Portugal)
Maribor (Slovenia)

Grup H:
FC Porto (Portugal)
Shakhtar Donetsk (Ukraina)
Athletic Bilbao (Spanyol)
BATE (Belarusia)

Jika dilihat dari komposisi diatas, ada 3 grup yang bisa dikategorikan menjadi grup neraka, Grup D yang diisi oleh Arsenal, Borussia Dortmund, Galatasaray, dan Anderlecht adalah grup neraka pertama. Walaupun Arsenal dan Dortmund bukanlah klub utama di liga masing-masing, namun mereka memiliki penampilan yang cukup apik beberapa musim ke belakang di Liga Champions, sedang Anderlecht dan Galatasaray merupakan klub tradisi juara di Liga Belgia dan Turki. Ditambah dengan fanatisme dari suporter Dortmund dan Galatasaray, tentu akan semakin menambah panasnya persaingan grup neraka ini.
Grup E yang diisi Bayern Munich, Manchester City, CSKA Moscow, dan AS Roma bisa disebut grup neraka ke 2. Bayern Munich yang mendominasi Liga Jerman, dan Manchester City yang memiliki bintang-bintang top tentu menjadi daya tarik tersendiri di grup ini. Tapi juga jangan lupakan CSKA Moscow yang merupakan klub raksasa Russia, serta AS Roma yang mulai bengkit dari tidurnya untuk berusaha kembali berada di jajaran klub elit Eropa.
Grup neraka terakhir adalah Grup F yang diisi oleh Barcelona, Paris St. Germain, Ajax Amsterdam dan APOEL. APOEL bisa dibilang kurang beruntung bergabung di grup ini. Seperti yang kita tahu, Barcelona yang musim lalu sempat meredup, sedang kembali berusaha menjadi yang terbaik di Spanyol dan di Eropa. Mendatangkan bintang-bintang besar untuk mengimbangi dan mendidik pemain binaan La Masia, tentu akan menjadi kekuatan tersendiri. PSG yang terkenal dengan kekuatan financialnya akan berusaha sangat keras membayar semua pengeluarannya dengan usaha terbaiknya untuk menjadi yang terbaik di Eropa yang hingga saat ini belum menemui hasil maksimal. Sementara Ajax adalah merupakan kekuatan klasik dari Belanda yang pernah menguasai Eropa di tahun 90an. Namun sepakbola bukan tanpa kejuan, masih cukup segar di ingatan kita bagaimana Kosta Rika yang mampu selamat dari "jajahan" Italia, Inggris, dan Uruguay di Piala Dunia 2 bulan yang lalu, jadi sejatinya APOEL masih memiliki kesempatan yang sama untuk dapat lolos dari grup neraka ini.

Sabtu, 23 Agustus 2014

Atletico Sang Raja


La Liga Spanyol, selama beberapa musim identik dengan 2 musuh bebuyutan Barcelona dan Real Madrid. Namun kejutan terjadi musim lalu ketika Atletico Madrid mencuri perhatian dunia dengan menjuarai kompetisi tertinggi di Spanyol tersebut. Atletico mengukuhkan diri sebagai juara La Liga setelah menahan imbang Barcelona di Camp Nou. 
Di level Eropa, tim besutan Diego Simeone ini juga mampu menembus partai final, walau akhirnya harus mengakui keunggulan mental juara rival sekota mereka Real Madrid.
Sejak ditangani Simeone memang kinerja Atletico terus menanjak, dari musim ke musim selalu ada peningkatan kualitas permainan. Walau diatas kertas pemain-pemain Atletico tidak sementereng skuat Barcelona atau Real Madrid, namun Simeone mampu memaksimalkan semua talenta terbaik pemainnya. Walau permainan Atletico terus menanjak, mungkin tidak seorangpun membayangkan bahwa Atletico mampu merebut tahta dari duo teratas La Liga yang selama beberapa musim merajai kompetisi. 
Setelah menjelma menjadi kekuatan baru di kompetisi Spanyol, tidak serta merta membuat bintang-bintang Atletico bertahan. Thibaut Courtois yang penampilannya semakin matang harus kembali ke Chelsea setelah masa pinjamannya berakhir, Simeone juga ditinggal oleh sang ujung tombak Diego Costa, dan bek Felipe Luis yang mengikuti jejak Courtois ke Chelsea. Sementara David Villa yang sudah termakan usia juga memilih untuk hengkang dan mencicipi liga AS (MLS). Namun bukan Simeone jika hanya memilih untuk pasrah melihat bintang-bintang nya pergi. Kesuksesan Atleti musim lalu cukup memudahkan Simeone untuk mengundang pemain-pemain besar untuk bergabung. Ditinggal Costa dan Villa, Simeone mendapat Mandzukic dan Antoine Griezmann sebagai pengganti yang cukup ideal. Di sektor penjaga gawang, Atletico juga mendapat Jan Oblak dan Moya untuk menggantikan Asenjo dan Courtois. Dengan total nominal hampir 100juta Euro yang digunakan Simeone untuk belanja, Atletico mendapat hampir 8 pemain yang dirasa cukup untuk menambal lubang yang ditinggal pemain yang memilih hengkang. Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan tetangga mereka yang menggelontorkan uang 95juta Euro untuk 2 pemain saja.
Perbandingan transfer klub sekota ini seakan langsung diberikan ajang untuk membuktikan siapa yang memiliki kebijakan transfer yang lebih baik. Ya, Atletico dan Real Madrid telah bertanding di ajang Super Copa Spanyol yang telah dimainkan 2 leg. Dan di laga yang jadi tanda pembuka liga ini Atletico Madrid mengukuhkan diri sebagai raja Liga Spanyol dengan mengalahkan Real Madrid dengan agregat 2-1. Atletico mampu mengimbangi Real Madrid dengan skor 1-1 di Bernabeu, serta menaklukkan sang tetangga 1-0 di Vicente Calderon. Di pertandingan 2 leg ini seolah Simeone membuktikan bahwa membeli pemain mahal bukanlah yang utama dalam sepakbola, melainkan membeli pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim. Hal ini diperkuat oleh gol tunggal Mario Mandzukic dini hari tadi kala Atletico memaksa Real Madrid tumbang di Calderon. Hal itu tentu berbanding terbalik dengan pembelian mahal James Rodriguez di kubu Madrid putih. James yang tampil gemilang di Piala Dunia belum menunjukkan penampilan terbaiknya dibawah Carlo Ancelotti.
Namun La Liga tetaplah La Liga, walau Atletico mampu menjadi juara musim lalu, namun pemberitaan transfer masih terpusat pada James Rodriguez nya Real Madrid dan Luis Suarez nya Barcelona. Untuk laga pra musim pun tetap Real Madrid dan Barcelona yang menjadi komoditas utama wakil Spanyol. Namun Atletico sekali lagi mencuri perhatian dengan merebut Piala Super Spanyol dini hari tadi. Namun  hasil itu juga tidak membuat Simeone berani mematok target tinggi mengarungi musim baru ini, dan hanya menarget finis di 4 besar saja. Apakah hanya bentuk kerendahan hati Simeone saja ataukah bentuk rasa kurang PD dari Atletico?

Senin, 11 Agustus 2014

Keep The Unity "27 Tahun Arema"

SEJARAH SINGKAT
11 Agustus 1987 adalah tanggal yang sangat istimewa bagi Kota Malang. Pada tanggal tersebut secara resmi menjadi tanggal terbentuknya PS Arema yang mewakili Kota Malang di era Galatama. Galatama sendiri adalah liga yang dapat dibilang independen, karena klub-klub pesertanya adalah merupakan klub "swasta" yang tidak didanai pemerintah. Sebelum tahun 1987, Kota Malang sendiri identik dengan Persema Malang, yang selalu menjadi magnet warga Malang untuk memenuhi Stadion Gajayana yang juga adalah stadion tertua di Indonesia. Ide membentuk Arema dimunculkan oleh Acub Zainal, untuk menyelamatkan Arema 86 yang kesulitan dana untuk mengarungi kompetisi Galatama. Awalnya Arema tidak langsung mendapat support masyarakat Malang, karena saat itu Persema menjadi daya tarik warga Malang, serta tidak stabilnya permainan Arema. Awal perjalanan Arema tidaklah mulus, karena hampir selalu terkendala masalah dana dan tidak adanya Mess, namun dengan kondisi tersebut tidak menjadi alasan bagi Arema untuk tidak berprestasi. Perlahan tapi pasti, Arema mampu mencuri hati publik sepakbola Malang. Walau kekurangan dana, namun tetap bertahan dan berjuang seakan menjadi kunci Arema untuk dicintai warga Malang. Puncaknya pada musim kompetisi 1992/93, Arema mampu menjadi juara Liga Galatama.

PERJALANAN
Klub berlogo kepala singa dan berjuluk "Singo Edan" ini sejak berdirinya hingga tahun 2002, kekurangan dana adalah hal yang sangat biasa. Bahkan demi bisa menggaji pemain, seluruh pemain harus menerapkan pola, apapun yang terjadi, jika bermain kandang harus menang, tak lain karena hanya kemenangan yang mampu menarik penonton ke stadion, dan hasil tiket penonton itulah yang menjadi gaji mereka. Permainan cepat dan keras menjadi ciri Arema, hanya demi dapat selalu menang di kandang. Tahun 2003 bahkan Arema sempat "dikhianati" oleh pemain dan bahkan sang manajer Iwan Budianto yang berpindah ke Persik Kediri yang kala itu menjadi kekuatan baru yang mampu meraih juara pada musim pertama di kasta tertinggi, sedang Arema akhirnya harus terdegradasi.
Namun Arema tetaplah Arema. Arema milik Aremania, dan warga Malang. Degradasi bukan menjadi akhir hidup Arema, namun dari sanalah Arema mendapatkan sistem untuk mendidik pemain muda asli Malang, mendapat sponsor untuk mengarungi liga, serta menjadi tantangan bagi Aremania untuk terus mendukung Singo Edan di kondisi terburuk. Buruknya kondisi keuangan Arema hingga terlempar dari kasta teratas liga mendatangkan pabrik rokok Bentoel yang berdomisili di Kabupaten Malang untuk turut berkontribusi membangun kembali Arema. Bentoel tidak hanya menyiapkan fasilitas untuk tim, tapi juga memberikan fasilitas untuk membina pemain muda dengan membentuk akademi Arema yang dapat diikuti oleh pemuda-pemuda Kota/Kabupaten Malang untuk bisa berkesempatan menjadi pemain Arema dengan cara dibina oleh tim dari usia muda. Pendidikan berjenjang dengan kategori umur ini akhirnya juga diadaptasi oleh beberapa klub di Indonesia. Sejak dikelola oleh PT. Bentoel, Arema sedikit dapat bernafas karena tidak lagi kekurangan dana kompetisi. Arema menjadi 1 dari sedikit klub yang mampu bertahan tanpa dukungan APBD. Kendati berkompetisi di kasta ke 2, Arema yang memiliki dana segar dan jaminan tidak ada keterlambatan gaji, masih mampu mendatangkan pemain-pemain yang memiliki label bintang, seperti Marthen Tao dan Erol F.X. Iba, serta mendatangkan pelatih sekelas Benny Dollo untuk mengembalikan Arema ke level tertinggi. Dana besar yang dikeluarkan Arema berbuah manis, 1 musim menjalani kompetisi di level ke 2, dapat dibayar dengan juara dan promosi ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia.
Musim berikutnya, PSSI meluncurkan gelaran Copa Indonesia, dan Singo Edan mampu meraih 2 gelar berurutan pada tahun 2005 dan 2006.
Lepas dari Benny Dollo yang tidak mau memperpanjang kontrak di Arema, prestasi Arema pun ikut turun, bahkan dalam kurun waktu 2006-2009 Arema tidak mampu bersaing untuk mendapat gelar juara. Minim nya gelar juara membuat PT. Bentoel memutuskan untuk melepas Arema pada tahun 2009, dan Arema berada dibawah konsorsium yang dipegang langsung oleh Kabupaten Malang. Wacana merger dengan Persema pun sempat dimunculkan, namun wacana tersebut ditolak mentah-mentah oleh Aremania. Bahkan walau dikelola oleh Kabupaten Malang, Aremania menolak anggaran APBD untuk membiayai Arema. Dengan dana seadanya, manajemen dengan mengejutkan mengontrak pelatih asing pada tahun 2009, namun yang menjadi kritik adalah, publik Malang nyaris tidak mengenal sosok Robert Rena Albert. Nama tidak terlalu populer, namun gaji nya selangit. Ditambah dengan skuat yang terbilang apa adanya, Arema mengarungi kompetisi 2009/10. Sempat diisi dengan keraguan, namun Robert membawa perubahan sistem pelatihan dan permainan di tubuh Arema, dengan pemain yang relatif muda dan tidak populer, Robert mencatatkan namanya dengan tinta emas dengan membawa Arema juara di akhir musim. Robert nyaris membawa Arema meraih gelar ganda kala mampu membawa Arema ke partai puncak Copa Indonesia. Namun di partai puncak Arema harus mengakui keunggulan Sriwijaya FC.

2012 kembali Arema mendapat ujian ketika terjadi dualisme liga dan dualisme klub. ISL yang telah berjalan 3 tahun melanjutkan gelaran Liga Djarum, terpecah kala muncul IPL yang dibentuk oleh oknum yang tidak bertanggung jawab karena merasa kepemimpinan bermasalah Ketua PSSI Nurdin Halid. Musim 2010/11 menjadi bibit perpecahan liga, yang akhirnya terdampak pada klub Arema. Arema ISL harus kehilangan bintang-bintangnya yang lebih memilih Arema yang berkompetisi di IPL karena memiliki sokongan dana yang cukup besar. Aremania pun sempat terpecah untuk mendukung Arema IPL yang berlaga di stadion Gajayana. Namun Arema ISL yang diyakini Arema yang asli tidak menyerah, hingga mampu menggandeng PT. Pelita Jaya Cronus menjadi penyandang dana mereka. Sempat terseok-seok di putaran pertama ISL 2011/12, Arema Cronus mampu menarik "pulang" bintang-bintang Arema IPL seperti Kurnia Meiga, dan M. Ridhuan. Selamat dari jurang degradasi, Arema berbenah diri di musim berikutnya, setelah ISL dikembalikan menjadi liga nasional. Kembalinya ISL menjadi liga utama juga mengembalikan taji Arema yang bertengger di posisi 2 klasemen akhir dibawah Persipura.

PRESTASI
Arema merupakan salah satu klub raksasa yang ada di Indonesia. Dengan umur yang baru menginjak 27 tahun, Singo Edan pernah menjuarai liga sebanyak 3x. 1 gelar Liga Galatama (1993), 1 gelar Liga Pertamina Divisi 1 (2004), dan 1x Indonesia Super League (2010), serta 2x menjadi runner up Indonesia Super League (2011, 2013). Sedang di level turnamen, Arema meraih 2 gelar juara Copa Indonesia (2005 & 2006), dan 1x runner up pada tahun 2010.

AREMANIA
Siapa tidak mengenal Aremania? Menjadi salah satu basis suporter terbesar sudah menjadi ciri khas Aremania sejak era 90an. Suporter yang memiliki semboyan "Salam Satu Jiwa" dan slogan "Tidak Kemana-mana Ada Dimana-mana" ini sempat menjadi kelompok yang ditakuti karena tingkah negatif nya, terutama kala Arema kalah. Tindak anarkhis sudah menjadi ciri khas, bahkan Kota Malang hampir selalu sepi kala Arema bertanding. Namun kesadaran dan kedewasaan mulai dihembuskan oleh para petinggi Aremania. Mereka ingin menhapus imej negatif menjadi positif, dengan kreatifitas dan lagu-lagu yang membangun semangat pemain. Aremania pun mulai berkreasi menggubah lagu, mulai sekedar merubah kata-kata, bahkan sampai menciptakan lagu sendiri. Kreasi nyanyian dan tarian dukungan akhirnya juga merambah ke hampir seluruh stadion di Indonesia. Seiring berjalan waktu, Aremania pun sempat memasuki masa kelam ketika mendapat sanksi dari PSSI tidak boleh ber atribut selama 2 tahun karena kerusuhan yang nyaris membumi hanguskan Stadion Brawijaya Kediri. Hukuman itu sendiri diterima dan ditaati oleh Aremania. Selama menjalani sanksi, Aremania sepakat menggunakan atribut hitam-hitam dan bendera merah putih ketika masuk ke stadion.
Rekor demi rekor juga diciptakan oleh Aremania, ketika Arema juara liga pada 2010, pertandingan terakhir yang dilakukan di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta melawan Persija, menjadi daya tarik bagi puluhan ribu Aremania untuk "menyerbu" Ibu Kota. Total sekitar hampir 60.000 Aremania mengunjungi GBK. Bahkan Aremania berbagi rata dengan The Jakmania untuk menyaksikan laga terakhir tersebut. Aremania juga sempat mendapat perhatian khusus dari AFC, karena loyalitasnya yang tinggi untuk Arema. Slogan Tidak kemana-mana, ada dimana-mana sepertinya cocok dengan Aremania, bahkan untuk pertandingan di luar negri pun Aremania hadir langsung di stadion. Mulai pertandingan di Vietnam, Hongkong, bahkan Maladewa pun ada Aremania yang hadir, diwakili oleh Harie Pandiono yang juga "membawa" Arema ke Piala Dunia. Akhir-akhir ini Aremania kembali berkreasi dengan "Giant Flag" dan "Super Giant Flag" yang bertajuk "One Incredible Blue" yang digadang-gadang bakal memecahkan rekor dunia mengalahkan bendera raksasa milik suporter Barcelona. Dari tahun ke tahun, Aremania memang selalu memaknai hari jadi Singo Edan, mulai dari pemasangan bendera di tiap sudut kota, hingga konvoi berkeliling kota Malang. Sejak terjerat kasus dualisme beberapa tahun silam, pihak manajemen pun juga turut "membakar" semangat Aremania dengan jargon-jargon khusus seperti Only God Can Stop Us, Rise to Fight, The Power is Ours dan tahun ini menjadi Keep The Unity.
Selamat Ulang Tahun ke 27 Arema & Aremania
Keep The Unity
Only God Can Stop Us
Salam Satu Jiwa







Senin, 04 Agustus 2014

Musim Belanja

Musim panas selalu mencuri perhatian sebagai musim belanja, terjadi transaksi miliaran Euro, sambutan meriah, bahkan hingga teriakan kemarahan. Bulan Juli-Agustus adalah bulan yang krusial bagi sebuah tim untuk membangun kekuatan "kapal"nya dengan mencari amunisi-amunisi terbaik. Ada yang hanya mencari "anak buah kapal", bahkan juga ada yang mengganti nahkoda nya.
Beberapa pemain telah memiliki kesepakatan untuk bergabung dengan klub lain sebelum masa transaksi dibuka, namun ratusan pemain juga "menjual diri" selama gelaran Piala Dunia. Beberapa pemain cukup beruntung karena telah memiliki kualitas yang diakui walau tidak tampil di Piala Dunia, seperti Robert Lewandowski dan Ivan Rakitic yang telah memiliki klub baru tanpa harus "menjual diri" di Brazil. Beberapa pemain juga sukses membuktikan diri layak bermain  di level yang lebih tinggi setelah tampil gemilang bersama negaranya, sebut saja Guillermo Ochoa yang sebelumnya kontraknya tidak diperpanjang oleh klub papan b
awah Liga Prancis Ajaccio yang terdegradasi, mendapat kontrak dari klub papan tengah Spanyol Malaga. Begitu pula Keylor Navas, yang sebelum Piala Dunia bermain untuk Levante, kini resmi berseragam Real Madrid. James Rodriguez yang sebelumnya tidak terlalu dikenal dunia, kini menjadi pemain termahal ke 5 di dunia setelah resmi menanggalkan Jersey AS Monaco dan berganti menjadi Jersey Real Madrid. Bintang muda Belgia Divock Origi yang sempat menjadi bahan pembicaraan pun juga mendapat berkah setelah dikontrak Liverpool untuk menambal lubang yang ditinggalkan Suarez yang pergi dari Anfield menuju Camp Nou.
Bursa transfer kali ini bisa dibilang cukup menggeliat, tidak hanya untuk pemain-pemain muda, tapi juga untuk pemain-pemain gaek. Frank Lampard yang telah 11 musim berseragam Chelsea, memutuskan untuk melanjutkan kariernya di MLS bersama New York City FC, dan akan menjadi rekan David Villa yang sebelumnya juga memilih untuk menetap di Amerika. Namun karena Liga sepakbola Amerika baru dimulai bulan Maret, pihak klub memutuskan untuk meminjamkan mereka pada klub yang liga nya dimulai bulan Agustus. Lampard akan kembali ke Inggris memperkuat Manchester City selama 6 bulan, sedang Villa akan berpetualang ke negeri Kangguru untuk memperkuat Melbourne City, dimana ketiga klub tersebut dimiliki oleh orang yang sama. Kejadian unik ini membuat Wenger angkat bicara, dimana pelatih Arsenal ini menyebutkan bahwa trik transfer tersebut adalah akal-akalan untuk menghindari FIFA Financial Fairplay.
Selain pemain-pemain yang mewujudkan mimpi bermain di klub favorit, ada pula pemain-pemain bintang yang memutuskan untuk memulai petualangan baru, seperti Di Maria yang akan segera berseragam PSG, serta Marouane Felaini yang berusaha menyelamatkan kariernya dengan bermain untuk Napoli dengan status pemain pinjaman dari Manchester United.
Selain transaksi jual-beli dan pinjam meminjam, ada pula beberapa pemain yang kembali dari masa pinjaman.Thibaut Courtois untuk pertama kalinya akan berseragam Chelsea setelah dibeli klub London itu dari Racing Genk pada tahun 2011. Sejak pertama kali dibeli, kiper berkebangsaan Belgia itu langsung menjalani masa sebagai pemain pinjaman ke Atletico Madrid. 3 musim membela Atletico Madrid, Courtois yang menjadi pilihan utama itu terus menunjukkan kematangannya, hingga pada musim terakhirnya membawa Atletico naik menjadi kampiun La Liga Spanyol meruntuhkan Dominasi Barcelona dan Real Madrid. Courtois yang sempat dikabarkan enggan balik ke Chelsea jika hanya menjadi pelapis Petr Cech, akhirnya mendapat jaminan penuh dan akan menjalani musim debutnya untuk Chelsea di tahun ke 4 nya menjadi pemain Chelsea. Selain Courtois, Deulofeu juga menjadi pemain yang balik dari masa pinjamannya. Deulofeu kembali ke Barcelona setelah menjalani masa bakti semusim di Everton sebagai pemain pinjaman, begitu pula dengan Rafinha yang kembali memperkuat Blaugrana setelah bermain untuk Celta Vigo musim lalu.
Selain pemain-pemain bintang, Manchester United dan Barcelona adalah klub yang telah resmi mengganti pelatih. Semenjak ditinggal Guardiola yang tidak memperpanjang kontrak, Barcelona masih belum menemukan sosok pengganti yang pas. Setelah ditinggal Alm. Tito Vilanova yang mengundurkan diri di akhir musim 2012-2013, Barcelona mengontrak Gerardo Martino, namun kegagalan di musim 2013-2014 memaksa Tata meletakkan jabatannya sebagai pelatih Barcelona, dan kini Barcelona "memanggil" pulang Luis Enrique yang sempat berkelana di AS Roma dan Celta Vigo untuk menjadi juru taktik di Camp Nou. Berbanding lurus dengan Barcelona, Manchester United juga belum menemukan sosok pengganti Ferguson yang pensiun 2 musim lalu. Ferguson yang menunjuk David Moyes sebagai suksesor, tidak serta merta membuat kubu Setan Merah mampu bertahan dengan performa buruk Wayne Rooney, dkk. Moyes bahkan diberhentikan sebelum liga selesai, dan Ryan Giggs sempat ditunjuk sebagai pelatih sementara sambil menunggu Louis Van Gaal menyelesaikan pengabdiannya di timnas Belanda.
Menarik untuk kita nantikan bagaimana hasil rekrutan baru klub-klub papan atas liga-liga Eropa, dengan banyaknya dana yang digelontorkan, mampukah pemain-pemain maupun pelatih anyar memberikan hasil maksimal?